Selasa 26 Jun 2018 14:59 WIB

Umat Islam di Belfast Kecam Larangan Burka di Irlandia Utara

Larangan itu dinilai menghambat integrasi umat Islam di Irlandia Utara.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Burka
Burka

REPUBLIKA.CO.ID, BELFAST -- Pusat Islam Belfast mengecam tindakan paranoid dari kelompok sayap kanan di Irlandia Utara, setelah niqab (jilbab yang menutupi bagian wajah, namun tetap memperlihatkan mata) ditempatkan di sebuah patung di kota Belfast. Tindakan itu dilakukan sebagai bagian dari kampanye melarang burqa (pakaian yang menutupi seluruh bagian tubuh).

Langkah menempatkan niqab di patung itu dilakukan oleh 'Generation Identity', sebuah gerakan seluruh Eropa yang menentang imigrasi, multikulturalisme, dan mendukung 'hak perbedaan' dari komunitas yang berbeda melalui pemisahan.

Gerakan tersebut menempatkan pakaian Islam tersebut (sejak dilarang) pada salah satu patung yang membentuk Monumen 1992 bagi Pekerja Wanita Tak Dikenal di mal Great Victoria Street pada akhir pekan lalu. Hal itu sebagai bagian dari kampanye mereka melarang burqa.

Tindakan serupa terjadi secara bersamaan di seluruh Inggris dan Irlandia, yang dilakukan oleh anggota GI dari berbagai cabang kelompok. Pajangan di muka publik itu dilakukan kurang dari 24 jam setelah para anggota GI mengambil bagian dalan 'pawai kebebasan' di luar balai kota.

Pada aksi itu, polisi anti huru-hara dipanggil untuk berdiri di antara barikade yang memisahkan antara pendukung GI dan pendukung lawan yang terdiri dari anggota dari Anti-Fasis Belfast, beberapa anggota dewan dan sejumlah warga.

Naomi Green dari Pusat Islam Belfast tersebut mengecam aksi berbahaya yang dilakukan pada akhir pekan itu, dan menunjukkan bahwa hanya segelintir perempuan di sana yang memakai niqab. Mereka terutama orang-orang Arab Saudi yang datang untuk belajar atau bekerja di rumah sakit di Belfast.

"Etnis minoritas membentuk kurang dari 1 persen dari populasi dan Muslim kurang dari 0,4 persen, tidak ada politisi minoritas di Irlandia Utara, jadi ide apa pun yang kita ambil alih adalah paranoid yang omong kosong, kata Green, dilansir di Belfast Telegraph, Selasa (26/6).

Ia mengatakan, komunitas Muslim di Belfast tidak hanya kecil, melainkan juga terintegrasi dengan baik. Menurutnya, orang-orang yang bertindak dari kelompok sayap kanan itu bertujuan untuk menyebabkan rasa sakit dan perpecahan di negara tersebut. Padahal, ia mengatakan tidak ada perpecahan di sana.

"Jadi aksi ini adalah xenophobia yang mencari perhatian yang bersembunyi di balik 'perhatian' yang bahkan tidak relevan secara budaya di sini," tambahnya.

Green mengatakan, kelompok sayap kanan membungkus retorika mereka dengan video luar biasa dan bahasa yang sopan, tepatnya tentang berbahayanya mereka. Ia menilai kelompok tersebut menginginkan adanya pembersihan etnis.

Sebelumnya, aksi Gerakan Kebebasan Inggris pada Sabtu lalu dilakukan oleh sekitar 100 pendukung, termasuk dewan independen Jolene Bunting yang melakukan perjalanan dari Sandy Row ke City Hall. Ia lantas disambut oleh 500 demonstran di sana.

Pawai serupa terjadi di Belfast dua pekan yang lalu dalam rangka mendukung mantan pemimpin Liga Pertahanan Inggris (EDL) Tommy Robinson. Bendera GI digambarkan di kedua aksi tersebut.

Sementara itu, polisi setempat mengatakan bahwa unjuk rasa Sabtu lalu itu berlalu dengan sejumlah insiden gangguan kecil dan sejumlah bom asap yang dinyalakan. Selain di Belfast, aksi yang melakukan kampanye melarang burqa oleh GI juga terjadi di London, Manchester, Bath, Folkestone, Canterbury Edinburgh, dan Dublin.

"Pada akhirnya, anda akan dapat mengira beberapa tempat di Inggris untuk area Arab Saudi atau Iran. Orang-orang mendukungnya, pihak-pihak mendukungnya (pelarangan pakaian tersebut)," tulis GI dalam akun Twitter mereka.

Partai-partai politik utama di Irlandia Utara tidak mendukung pelarangan semacam pakaian Islam di sana. Banyak wakil terpilih dari partai-partai tersebut menghadiri kontra-demonstrasi pada Sabtu lalu. Perwakilan SDLP, Donal Lyons, mengatakan ironis karana dua pekan lalu GI menekankan sebagai juara kebebasan berbicara. Kini, mereka mencoba untuk melarang ekspresi dari kebebasan keyakinan.

"Fakta bahwa mereka sekarang berteriak untuk orang yang tidak bersalah untuk dihukum itu cukup jelas. Ini menunjukkan bahwa orang-orang di balik aksi ini hanya ingin melindungi hak sebagian orang dan berpikir tindakan orang lain perlu dilarang," kata Lyons.

Lyons mengatakan, tindakan tersebut adalah kejahatan asli dari sayap kanan. Karena menganggap beberapa komunitas cocok dan yang lain tidak. Saat menyangkut agama, jika itu dipilih secara bebas dan tidak berbahaya bagi orang lain, ia mengatakan setiap individu harus bebas mempraktikkan keyakinan mereka sesuai keinginan mereka.

Hanya beberapa hari sebelum acara akhir pekan tersebut, Facebook melarang puluhan halaman GI dari seluruh Eropa dari platform tersebut karena dinilai melanggar peraturan FB dengan mengunggah konten ekstremis. Mereka termasuk laman GI Inggris dan Irlandia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement