Selasa 26 Jun 2018 16:31 WIB

Sultan Minta Masyarakat Bijak Tanggapi Aktivitas Merapi

Gunung Merapi merupakan gunung yang paling aktif di Indonesia.

Kepulan asap putih atau sulfatara terlihat dari puncak Gunung Merapi di Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (2/6).
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Kepulan asap putih atau sulfatara terlihat dari puncak Gunung Merapi di Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (2/6).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menghadiri syawalan di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman. Dalam kesempatan itu, ia turut memberikan imbauan kepada masyarkat Kabupaten Sleman soal aktivitas Gunung Merapi yang masih berstatus waspada.

Ia mengingatkan, Gunung Merapi merupakan gunung yang paling aktif di Indonesia. Sehingga tentu memiliki rutinitas dan aktivitasnya. Untuk itu, ia meminta masyarakat Sleman proporsional dan berhati-hati menanggapi aktivitas yang ada. "Memang kemarin mengeluarkan gas, tapi Alhamdulillah tidak ada wedus gembel, yang membahayakan itu wedus gembelnya selain lava (magma)," kata Sultan, Selasa (26/6).

Selain itu, ia menekankan, pengambilan material vulkanik sisa erupsi 2010 yang ada di lereng-lereng Merapi harus dilakukan secara bijak. Sultan berharap, pengambilan tidak dilakukan menggunakan alat-alat berat, dan pengambilannya tidak dilakukan berlebihan. "Sebab bisa memberikan efek tidak baik dan mampu merusak lingkungan," ujar Sultan yang didampingi Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, Wakil Gubernur DIY KGPAA Pakualam X dan istri.

Bupati Sleman, Sri Purnomo didampingi Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun melaporkan, sejak 21 Mei 2018 sampai hari ini status Gunung Merapi masih waspada. Sejak 11 Mei 2018, telah terjadi 12 letusan freatik yang menunjukkan tingginya aktivtas vulkanik Merapi.

Terkait itu, ia menerangkan, Pemkab Sleman telah melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan bencana dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Mulai dari dusun-dusun sampai sekolah-sekolah yang ada di sekitar Merapi. "Itu dilakukan demi memberikan pemahaman tentang langkah-langkah kesiapsiagaan," kata Sri.

Sri merasa, masyarakat Kabupaten Sleman telah belajar dari pengalaman-pengalaman lalu, sampai mampu menunjukkan kesiapsiagaan bencana. Pemkab Sleman juga terus berkoordinasi dengan BPPTKG untuk menetapkan langkah-langkah penanggunakan bencana yang diperlukan.

Harapannya, momentum silaturahim Hari Raya Idul Fitri semakin meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat Kabupaten Sleman khususnya, dan DIY umumnya. Sehingga, apapun aktivitas yang dilakukan Gunung Merapi mendatang dapat ditanggulangi dan dihadapi dengan baik.


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement