REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung membantah adanya perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi), untuk memenangkan pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur. Seskab menegaskan, Presiden Jokowi bersifat netral dalam pilkada di daerah mana pun juga.
"Dalam kesempatan ini tadi saya bertiga dengan Presiden dan Mensesneg ingin mengklarifikasi apa yang disampaikan oleh salah satu ketua umum partai yang mengatakan Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan menugaskan kepada Ketum Partai Golkar untuk memenangkan Ibu Khofifah. Itu sama sekali tidak benar," kata Pramono di lingkungan Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (26/6).
Sebelumnya, dalam kampanye calon gubernur dan calon wakil gubernur di Probolinggo pada Sabtu (23/6), Ketum DPP Partai Golkar yang juga Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengaku mendapat arahan langsung dari Presiden Jokowi untuk memenangkan Khofifah-Emil Dardak.
Airlangga mengatakan, arahan Presiden Jokowi bukan tanpa alasan. Meski Presiden Jokowi adalah kader PDIP, arahan pemenangan Pilkada Jawa Timur justru ditujukan untuk Khofifah karena Khofifah dahulu yang membantu Presiden Jokowi saat pencalonan dalam pemilihan presiden (pilpres).
Bukan hanya pilpres, melainkan saat dalam pemerintahan, Khofifah juga membantu Presiden sebagai menteri sosial sehingga soal kedekatan antara Khofifah dan Presiden Jokowi tak perlu diragukan lagi, demikian disampaikan oleh Airlangga.
"Tidak pernah ada penugasan oleh Presiden kepada siapa pun karena Presiden harus netral. Sekali lagi, Presiden harus netral," kata Pramono menegaskan.
Baca juga: Ketum Golkar Bantah Adu Domba Jokowi dan Megawati
Walau ia mengakui bahwa secara pribadi Persiden Jokowi punya kedekatan dengan keluarga Bung Karno, hal itu adalah kedekatan pribadi. Pramono menegaskan tidak pernah ada instruksi dari Presiden untuk memenangkan satu calon tertentu di pilkada serentak. "Dan pertemuan Presiden misalnya dengan Mbak Puti (Sukarno) dengan Mas Djarot (Saiful Hidayat) dan dengan Mas Ganjar (Pramono) adalah dalam kapasitas Presiden sebagai pribadi. Jadi, itu yang ingin kami sampaikan karena besok mau pilkada. Ini kan simpang siur seakan-akan ada penugasan dari Presiden untuk memenangkan calon tertentu, kami tegaskan tidak ada," kata dia menegaskan.
Pada 27 Juni 2018 akan digelar pemungutan suara dalam pilkada serentak di 171 daerah yang meliputi 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten. Presiden telah menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 Tentang Hari Pemungutan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tahun 2018 sebagai Hari Libur Nasional.
Dalam Keppres No 15/2018 itu tercantum penetapan hari libur nasional guna memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi warga negara untuk menggunakan hak pilihnya.
Baca juga: Basarah Sebut Airlangga Adu Domba Jokowi dan Megawati
Sementara itu, Wasekjen PDI Perjuangan Ahmad Basarah menilai pernyataan politik Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto terkait Pilkada Jawa Timur mengarah pada upaya adu domba antara Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati. Pernyataan yang dimaksud adalah Airlangga mengatakan bahwa Jokowi mendukung Khofifah Indar Parawansa pada pemilihan gubernur (pilgub) Jawa Timur 2018.
Basarah juga mengkritik pernyataan Airlangga lainnya, yakni bahwa pilihan Jokowi dalam memilih cagub tidak harus atas dasar kesamaan partai. Ia mengatakan, pernyataan Airlangga yang mengatakan bahwa sikap Jokowi dalam mendukung cagub tidak harus didasarkan atas persamaan partai adalah pernyataan yang memanas-manasi perasaan Megawati.
"Apalagi Puti Guntur Soekarno adalah keponakan Bu Mega dan cucu pertama Bung Karno," kata Basarah dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (26/6).
Basarah juga merespons pernyataan Airlangga yang mengatakan bahwa alasan Jokowi mendukung Khofifah karena dukungan pada pilpres 2014. Ia mengatakan, pernyataan itu seakan-akan menafikan keberadaan PDI Perjuangan sebagai partai utama pengusung Jokowi pada pilpres 2014.
"Harusnya, jika Airlangga Hartarto loyal pada Pak Jokowi, dia harus menjaga suasana kondusif dan menjaga kekompakan antar partai pendukung Jokowi, terutama dengan Bu Mega sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan, tempat Pak Jokowi dibesarkan," kata dia.