REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Jim Mattis melakukan kunjungan ke Cina pada Selasa (26/6). Kunjungan selama tiga hari itu menandai kunjungan pertama Pentagon sejak 2014.
Kedatangan Mattis ke Negeri Tirai Bambu itu bertujuan untuk meningkatkan dialog keamanan dengan Beijing, meskipun hubungan kedua negara kerap tak harmonis.
Mattis disambut dengan karangan bunga saat dia keluar dari pesawat di Beijing. Dia terlihat sangat berhati-hati saat berbicara kepada wartawan menjelang perjalanannya, untuk menghindari ketegangan.
Mattis mengatakan, dia mengupayakan dialog terbuka pada tingkat strategis ketika bertemu dengan pejabat militer di Beijing. "Saya ingin masuk, sekarang," kata Mattis, yang juga dijadwalkan bertemu dengan para pejabat kedutaan AS pada Selasa (26/6). "Saya pergi ke sana untuk melakukan dialog."
AS dan Cina terlibat dalam isu perang dagang dalam beberapa waktu terakhir.
Beijing juga curiga terhadap niat AS di Taiwan. Cina memandang pulau itu sebagai bagian 'suci' dari wilayahnya.
Mattis dikenal sangat kritis terhadap pergerakan militer Cina di Laut Cina Selatan. Militer AS bahkan menarik undangan ke Cina untuk bergabung dengan latihan angkatan laut multinasional yang akan dimulai selama kunjungan Mattis. Hal ini membuat Beijing marah.
Baca juga, Cina Uji Coba Peluru Kendali di Laut Cina Selatan.
Surat kabar yang dikelola negara secara luas The Global Times mengatakan, kedua belah pihak harus belajar menjadi pendengar yang baik. "Kunjungan Mattis menunjukkan bahwa pemerintah Trump masih bersedia mengadakan dialog militer dengan Cina," katanya dalam sebuah editorial.
Namun di sisi lain, the Global Times dengan cepat menyebutkan daftar gangguan utama dalam hubungan AS-Cina. Beberapa gangguan yang mereka katakan termasuk keputusan AS untuk memberi cap Cina sebagai pesaing strategis dalam Strategi Pertahanan Nasional Presiden Donald Trump.
“Cina tidak memiliki niat atau ambisi untuk menantang pengaruh global AS. Sebaliknya, orang Tionghoa sangat prihatin dengan rencana penahanan Washington terhadap Beijing,” katanya.
Taiwan adalah perhatian utama Cina ketika berhubungan dengan Washington. Menjelang kedatangan Mattis.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Cina Lu Kang mengatakan kepada wartawan bahwa hubungan militer-ke-militer selalu menjadi bagian penting dari hubungan Cina dengan AS, meskipun ada masalah lain yang dimiliki kedua negara saat ini.
"Saya percaya bahwa selama kedua negara memiliki keinginan untuk bertemu satu sama lain di tengah jalan, tidak ada kesulitan yang tidak dapat diatasi," kata Lu.