REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua ormas besar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) akan memperbanyak konten Islam Wasathiyah atau Islam moderat di internet, sehingga diharapkan bisa membendung radikalisme di berbagai belahan dunia. Hal ini disampaikan dalam diskusi yang diadakan Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi di Aula PGK, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (26/7).
Dalam diskusi bertema 'Strategi Mempromosikan Wasathiyah Islam Lewat Diplomasi Media Sosial' tersebut, Direktur Nahdlatul Ulama Online (NU Online), Savic Ali mengatakan bahwa NU sudah lama mengamalkan Islam Wasathiyah di darat, namun konten-konten yang diproduksi terkait Islam Wasathiyah masih minim.
Saat ini, kata dia, website yang dikelola NU sudah mampu bersaing dengan website-website lainnya yang dalam tanda kutip banyak memuat konten radikal, tapi konten Islam Wasathiyah perlu diperbanyak lagi. Dia pun mengajak siapapun untuk menulis di website yang dikelola Nahdliyin, seperti NU online dan Islami.co.
“Dakwah kita merangkul, namun kita juga tidak boleh membiarkan akun-akun medsos dan website yang menyebarkan kebencian, sebab jika kita diam mereka merasa apa yang disampaikannya benar, kita harus memberikan peringatan," ujar Savic dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (27/6).
Hal senada juga disampaikan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2015-2020, Hajriyanto Y Thohari. Menurut dia, sama halnya dengan NU, di Muhammadiyah juga masih sedikit produksi konten untuk media sosial terkait Islam Wasathiyah. Karena itu, ke depannya Muhammadiyah juga akan memperbanyak konten Islam Wasathiyah di Internet.
Terkait konten seperti apa yang akan diproduksi, Hajriyanto menyarankan agar konten-konten tersebut tidak hanya sekedar kata-kata tetapi juga berisi perbuatan nyata di lapangan.
“Di lapangan, kita banyak sekali menemukan praktek-praktek wasathiyah Islam yang dilakukan masyarakat. Ini harus divideokan, ditulis dan disebarkan. Sebab, konten yang berisi teladan-teladan seperti ini lebih kuat dari sekedar kata-kata. Kita di Muhammadiyah juga berkomitmen untuk meningkatkan produksi konten terkait wasathiyah Islam,” kata Hajriyanto.
Diskusi ini dihadiri para pegiat media sosial, wartawan, dan humas kementerian agama. Direktur Eksekutif Komunikonten, Hariqo Wibawa Satria mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan mendorong setiap orang untuk menjadi juru bicara Islam Wasathiyah dengan media sosialnya masing-masing.
“Diplomasi media sosial adalah gotong-royong yang kita lakukan untuk kepentingan nasional NKRI. Sebab, citra baik sebuah negara di mata dunia internasional tidak saja karena pidato pejabatnya di forum-forum resmi, namun juga oleh apa yang diproduksi dan disebarkan oleh warganya di media sosial,” jelas Hariqo.