REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina melaporkan wabah flu burung H5N1 yang sangat berbahaya di sebuah peternakan di Provinsi Qinghai di bagi barat laut negara itu. Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) yang berbasis di Paris pada Selasa (26/6), mengutip sebuah laporan dari Kementerian Pertanian Cina, mengatakan ini merupakan kasus flu burung H5N1 pertama yang dilaporkan di Cina sejak 2014.
Namun, virus telah dilaporkan di Nepal dan Bhutan tahun ini, kedua negara yang berbatasan dengan Cina di barat laut. Virus itu membunuh 1.050 ayam pedaging dari kawanan 1.615 ayam di sebuah peternakan prefektur otonomi Haixi Mongol dan Tibet. "Unggas yang tersisa dibunuh dan dibuang," kata Kementerian Pertanina Cina.
Beberapa jenis virus H5N1 yang sering mematikan dapat ditularkan ke manusia. Kasus ini merupakan kasus keenam flu burung yang sangat berbahaya yang dilaporkan oleh Cina tahun ini, dibandingkan dengan hanya empat kasus yang dilaporkan ke OIE pada 2017, menurut laman webnya.
Sebagian besar kasus yang dilaporkan di Cina tahun ini telah menjadi bentuk yang sangat menular dari H7N9, jenis yang sama yang menewaskan ratusan orang di Cina tahun lalu, menurunkan permintaan konsumen dan meninggalkan industri telur dan ayam pedaging terguncang.
Virus tersebut tidak memiliki dampak besar pada unggas tahun lalu, tetapi telah bermutasi menjadi bentuk yang lebih mematikan. Keempat kasus H7N9 yang dilaporkan tahun ini berada di peternakan telur dengan kasus terbaru yang menewaskan lebih dari 9.000 ayam di Provinsi Liaoning di Cina timur laut.
Hal itu tetap terjadi meskipun program vaksinasi nasional melawan virus dimulai musim gugur lalu. Cina juga melaporkan kasus jenis H5N6 di sebuah peternakan bebek pada Maret.