REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India ditetapkan menjadi negara paling berbahaya di dunia untuk perempuan. Penetapan ini semakin menambah perdebatan tentang keamanan perempuan di negara tersebut.
Dilansir di New Zealand Herald, Kamis (28/6), Thomson Reuters Foundation sebuah lembaga filantropis dari Reuters merilis sebuah penelitian yang menempatkan India sebagai tempat paling berbahaya bagi perempuan. Ini karena tingginya insiden kekerasan seksual, kurangnya akses ke pengadilan dalam kasus pemerkosaan, pernikahan anak, aborsi janin wanita dan perdagangan manusia.
India mengungguli negara-negara seperti Suriah dan Afghanistan yang berada diurutan kedua dan ketiga. Para ahli yang diwawancarai untuk jajak pendapat mengatakan India menduduki peringkat teratas karena pemerintahnya tidak berbuat banyak untuk melindungi perempuan, khususnya sejak kasus pemerkosaan dan pembunuhan seorang mahasiswa pada 2012. Kasus ini telah menimbulkan kecaman luas dan perubahan undang-undang pemerkosaan di negara itu.
"India telah menunjukkan pengabaian dan penghinaan terhadap perempuan. Pemerkosaan, pemerkosaan dalam perkawinan, pelecehan seksual dan pembunuhan bayi perempuan telah berlangsung tanpa henti," kata seorang pejabat di negara bagian selatan Karnataka kepada Thomson Reuters, Manjunath Gangadhara.
Jajak pendapat yang berdasarkan survei terhadap 548 ahli tentang isu-isu perempuan memicu kontroversi langsung di media sosial India. Mereka mengecam laporan itu karena berdasarkan pendapat, bukan fakta. Namun, laporan itu mencatat kasus kejahatan terhadap perempuan meningkat 83 persen antara 2007 dan 2016, di mana ada empat kasus pemerkosaan setiap jam.
Selain itu, India memiliki jumlah pengantin muda terbanyak di dunia. Sekitar sepertiga dari semua gadis menikah sebelum usia 18. Pemerintah India memperkirakan awal tahun ini ada 63 juta wanita "hilang" di negara itu karena aborsi. Selain itu, ada 21 juta anak perempuan yang tidak diinginkan.
Laporan pemerkosaan di India sedang meningkat. Jumlahnya 38.947 pada 2016. Tetapi tingkat pemerkosaan per 100 ribu orang masih jauh lebih rendah daripada beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serika. Menurut para ahli sebagian karena ketakutan dan tidak dilaporkan.
Studi ini menimbulkan debat politik
Pemimpin oposisi India, Rahul Gandhi, men-tweet video yoga Perdana Menteri Narendra Modi. Ia menyebutkan, saat PM sedang membuat video yoga, India melampaui Afghanistan, Suriah dan Arab Saudi dalam kasus pemerkosaan & kekerasan terhadap wanita. "Sangat memalukan untuk negara kita!" tulisnya. Pernyataan Gandhi ini dikecam pendukung Modi.
Para pendukungnya dengan cepat mencari tweet lama dari Modi pada 2011 atau pada saat survei terakhir kali dilakukan. Saat itu India menduduki peringkat keempat dan Modi belum menjabat sebagai PM.
"India dianggap paling berbahaya untuk wanita. Kapan wanita merasa aman dan memiliki simbol positif?" tulis Modi saat itu.
"Moral dari survei ini: peringkat bukan masalah di sini, karena tidak masuk akal. Keselamatan wanita telah menjadi masalah selama bertahun-tahun di bawah kedua pemerintah," tulis jurnalis Nidhi Razdan.
Pada April, Letnan Amit Shah, membela Modi untuk perlindungan India terhadap wanita di sebuah rapat umum. Ia mengatakan di India wanita memiliki status dewa. Pemerintah telah melembagakan banyak program untuk membantu perempuan, seperti menempatkan toilet di setiap rumah di India, langkah negara memperketat hukuman untuk pemerkosa anak setelah kasus pembunuhan dan pemerkosaan seorang gadis 8 tahun yang terjadi awal tahun ini.