Kamis 28 Jun 2018 11:04 WIB

Pemerintah Libya Akhirnya Kuasai Pelabuhan Minyak

Ahli perusahaan minyak telah mulai menilai kerusakan instalasi pelabuhan minyak.

Kilang minyak di Tripoli, Libya.
Foto: www.dw.de
Kilang minyak di Tripoli, Libya.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Perusahaan minyak nasional milik Pemerintah Libya yang berpusat di bagian timur negeri itu pada Rabu (27/6) mengambil alih pelabuhan minyak di wilayah sabit minyak dari militer. Ketua Perusahaan Minyak Faraj Al-Hassi dan Juru Bicara Pemerintah Hatem Al-Arebi mengeluarkan pengumuman tersebut di Pelabuhan Es Sidra.

"Hingga hari ini, operasi dan pemasaran minyak akan berada di tangan para ahli dan hasil penjualan minyak akan mengalir ke gubernur bank sentral di Kota Al-Bayda (Libya Timur), dan akan dipantau oleh Parlemen dan pemerintah sementara Libya," kata Al-Hassi dalam taklimat tersebut.

Al-Arebi mengaakan para ahli perusahaan minyak telah mulai menilai kerusakan pada instalasi pelabuhan minyak di wilayah sabit minyak. Meskipun ada penandatanganan kesepakatan perdamaian yang ditaja PBB oleh semua partai politik Libya pada 2015, Libya secara politik tetap terpecah antara pemerintah Libya Barat dan Timur, dan keduanya bersaing memperebutkan keabsahan.

Brigade Pertahanan Benghazi, kelompok garis keras yang bersekutu dengan Ibrahim Jathran, mantan kepala dinas pengawal perusahaan minyak yang kini dicari, belum lama ini melancarkan serangan terhadap wilayah sabit minyak Libya dan bentrok dengan personel Angkatan Bersenjata yang berpusat di Libya Timur.

Beberapa hari kemudian, militer, yang dipimpin Jenderal Khalifa Haftar mengambil alih wilayah itu dan mengusir gerilyawan tersebut. Wilayah sabit minyak, yang terletak sekitar 500 kilometer di sebelah timur Ibu Kota Libya, Tripoli, memiliki pelabuhan minyak terbesar di negeri itu.

Libya, yang kaya akan minyak, telah dirongrong ketidakamanan sejak aksi perlawan 2001 yang menggulingkan rezim Muammar Gaddafi. Sebagai sumber pengadilan utama di Libya, minyak dan gas menjadi andalan bagi 94 persen penghasilan luar negeri negara tersebut.

Selama beberapa tahun belakangan ini, Libya menderita kerugian lebih dari 140 miliar dolar AS, setelah berulang kali penutupan pelabuhan dan ladang minyaknya, serta harga minyak yang rendah di pasar global. Di Ibu Kota Mesir, Kairo, Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul-Gheit pada Rabu (27/6) mendesak semua pihak di Libya melanjutkan jalur politik guna mewujudkan perujukan nasional.

Di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan, Aboul-Gheit mengatakan rakyat Libya mesti berusaha menyelenggarakan pemilihan presiden dan anggota dewan legislatif serta menyatukan semua lembaga di negeri tersebut. Pemimpin Liga Arab itu kembali menyampaikan komitmen organisasi tersebut untuk mendukung semua pihak di Libya dalam kerangka kerja proses politik yang digagas oleh PBB. Ia juga menggarisbawahi perlunya memelihara prasarana ekonomi dan instalasi minyak Libya serta menjauhkan semuanya dari pertikaian politik.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement