Kamis 28 Jun 2018 14:49 WIB

Xi ke Menhan AS: Cina tak akan Kehilangan Seinci Tanahnya

Cina dan AS terlibat perselisihan dari mulai perang dagang hingga Taiwan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Cina Xi Jinping ditemani Pemimpin Eksekutif baru Hong Kong Carrie Lam (kanan belakang) di bandara Hong Kong, 29 Juni 2017.
Foto: AP Photo/Kin Cheung
Presiden Cina Xi Jinping ditemani Pemimpin Eksekutif baru Hong Kong Carrie Lam (kanan belakang) di bandara Hong Kong, 29 Juni 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Cina Xi Jinping mengatakan, Cina tidak akan membiarkan tanah miliknya hilang, meski hanya satu inci. Hal tersebut ia sampaikan ketika bertemu Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Jim Mattis di Aula Besar Rakyat di Beijing pada Rabu (27/6).

"Sikap kami tegas dan jelas dalam hal kedaulatan serta integritas teritorial Cina, bahwa kami tidak akan kehilangan satu inci pun dari tanah yang kami warisi dari nenek moyang kami, sementara kami tidak akan mengambil satu sen pun dari milik orang lain," ujar Xi, dikutip laman South China Morning Post.

Cina dan AS diketahui terlibat perselisihan terkait isu Laut Cina Selatan. Cina mengklaim sebagian besar wilayah perairan strategis itu sebagai teritorialnya. AS memandang klaim tersebut sebagai upaya Cina untuk mengendalikan rute perdagangan tersibuk di dunia. Buntutnya, Angkatan Laut AS telah melakukan operasi navigasi untuk menantang Cina.

Baca juga,  Cina Diam-Diam Pasang Rudal di Laut Cina Selatan.

Pertemuan antara Mattis dan Xi terjadi ketika AS tengah melayangkan kritik tajam terhadap Cina terkait pembangunan pulau-pulau reklamasi untuk keperluan militer di Laut Cina Selatan. Saat ini kedua negara juga sedang terlibat perang tarif dalam perdagangan.

AS dan Cina pun terlibat ketegangan ketika negeri Paman Sam baru-baru ini meningkatkan keterlibatan militer serta mengumbar janji untuk mempersenjatai Taiwan. Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional yang belum lama ini diratifikasi oleh Senat mendorong militer AS berpartisipasi dalam latihan dengan militer Taiwan. Pentagon pun mempertimbangkan mengirim kapal perang melalui Selat Taiwan dan meningkatkan penjualan senjata ke negara tersebut.

Tindakan AS tersebut membuat Beijing geram. Hal ini karena hubungan antara Taiwan dan Cina tak dapat diprediksi. Kedua negara telah terlibat perselisihan dan sengketa dalam beberapa dekade terakhir.

Kendati demikian, Xi tetap berharap militer Cina dan AS dapat meningkatkan komunikasi dan saling percaya, memperdalam kerja sama dan mengelola risiko, serta membuat hubungan antar militer menjadi stabilisator dalam hubungan bilateral.

"Memperkuat pertukaran antarmiliter di semua tingkat akan membantu menurunkan skeptisisme dan mencegah kesalahpahaman, salah menilai atau insiden," ujar Xi.

Harapan serupa pun disampaikan Mattis. Ia mengatakan AS memberi tingkat penting yang tinggi bagi hubungan antarmiliter kedua negara. AS juga ingin mengelola perbedaan dan risiko, mengindari konflik, dan membuat hubungan antarmiliter menjadi faktor konstruktif dalam hubungan bilateral. "Ini adalah saat yang penting dalam sejarah Cina dan AS, saat kami menjalin hubungan kami," kata Mattis.

Sebelum bertemu Xi, Mattis telah menjalin pertemuan dengan Menteri Pertahanan Cina Wei Fenghe. Dalam kesempatan tersebut, keduanya membahas beberapa isu, termasuk soal Taiwan, Laut Cina Selatan, dan denuklirisasi Semenanjung Korea. Sama seperti Xi, saat bertemu Mattis, Wei mengatakan, Cina akan secara tegas membela kedaulatan nasional, keamanan, dan kepentingan pembangunan.

Kunjungan Mattis ke Cina merupakan perjalanan pertama kepala pertahanan AS sejak 2014. Dari Beijing, Mattis dijadwalkan bertolak ke Korea Selatan pada Kamis (28/6).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement