Kamis 28 Jun 2018 15:01 WIB

70 Ulama Uighur Ikuti Pelatihan Budaya Islam-Cina

Pelatihan yang berlangsung selama empat bulan itu mengenalkan asimilasi.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Muslim Cina dari etnis Uighur (ilustrasi)
Foto: EPA/How Hwee Young
Muslim Cina dari etnis Uighur (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  XINJIANG -- Lebih dari 70 pemimpin agama dari Daerah Otonomi Xinjiang Uygur di Barat Laut China mengikuti pelatihan di Beijing terkait asimilasi budaya Cina. Pelatihan yang berlangsung selama empat bulan itu hendak mengenalkan pengalaman dari proses asimiliasi, akulturasi budaya Cina ke dalam Islam ke wilayah Xinjiang yang dianggap terpapar oleh ekstremis agama.

Dalam sesi pelatihan itu, China News Service (CNS) melaporkan terdapat kegiatan kursus dan kunjungan ke kota-kota seperti Quanzhou di Provinsi Fujian di Timur China dan Qufu di Provinsi Shandong. Fujian adalah salah satu daerah pertama di China yang mengenalkan Islam. Sementara Qufu adalah kota yang dikenal sebagai tempat kelahiran budaya Konfusianisme.

Dengan berinteraksi dengan Muslim dari wilayah lain, seorang profesor di Universitas Zhejiang Normal bernama Turgunjan Tursun mengatakan bahwa para staf agama di Xinjiang itu bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang agama.

Tursun megatakan, praktik Islam di Tiongkok sebagiannya tergelincir karena sejumlah kalangan religius yang gagal menggabungkan doktrin agama dengan situasi lokal. Menurutnya, agama harus mengikuti praktik politik dan budaya setempat.

Sehingga, mereka bisa menikmati pembangunan jangka panjang di kawasan itu. Pelatihan semacam itu telah dilakukan selama beberapa tahun guna menjaga stabilitas sosial di Xinjiang dan membangun masyarakat yang cukup sejahtera.

"Interaksi tersebut dapat membantu Muslim Xinjiang menjadi peduli akan kebijakan pemerintah untuk mengasimilasi budaya Cina ke Islam tanpa bias," kata Tursun, dilansir di The Global Times, Kamis (28/6).

photo
Infografis tiga hal yang merusak amal

Dia juga mencatat bahwa sinifikasi Islam sesuai dengan permintaan administrasi negara untuk urusan agama. Dalam hal ini, menurutnya hal itu dapat mempromosikan koeksistensi multikultural yang harmonis dan sesuai dengan kebutuhan pengembangan diri.

Pada sebuah simposium yang diadakan di Central Institue of Socialism pada Selasa, seorang Imam dari Prefektur Otonomi Ili Kazak bernama Ma Jianzhong mengatakan Xinjiang dapat meminjam pengalaman dari asimilasi budaya Cina dan Islam (sinifikasi) dari kota-kota di timur. Ia menambahkan, Daerah terpencil di Xinjiang juga bisa belajar dari desa-desa di Cina timur, seperti mengembangkan pariwisata pertanian untuk meningkatkan ekonomi lokal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement