REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Agama Islam telah masuk ke Cina sejak abad ke-7 Masehi. Tak heran bila hingga kini, cukup banyak penduduk Cina yang beragama Islam. Kendati tak sebesar Indonesia, mereka sangat taat dalam menjalankan ibadahnya. Bahkan, di sejumlah daerah, terdapat perkampungan Muslim.
Mereka pun mendirikan sejumlah tempat ibadah. Misalnya, di Kota Chang’an atau Xi’an, terdapat sebuah masjid yang berusia lebih dari 13 abad. Namanya, Masjid Raya Xi’an. Sebagai tempat ibadah bagi umat Islam, Masjid Raya Xi’an ini terbilang unik.
Bentuk bangunannya lebih menyerupai kuil daripada masjid pada umumnya. Dengan bangunan seperti itu, Masjid Xi’an ini menjadi salah satu tempat ibadah umat Islam dengan arsitektur paling unik di dunia. Dikatakan demikian, karena bangunannya tidak mirip dengan masjid.
Selain unik, Masjid Raya Xi’an merupakan masjid terbesar dan tertua yang terletak tidak jauh dari Menara Gu Lou yang berada di distrik 30 Huajue Lane di Kota Chang’an, yang kini lebih dikenal dengan Kota Xi’an, Provinsi Shaanxi, Cina.
Menurut catatan yang tertulis pada sebuah kayu yang terletak di bagian interiornya, Masjid Raya Xi’an didirikan tahun 742 Masehi atau sekitar 13 abad yang lalu. Pada saat itu, wilayah Cina berada di bawah kekuasaan Kaisar Xuanzong (685-762) dari Dinasti Tang (618-907). Bangunan masjid ini kemudian mengalami renovasi pada masa pemerintahan Kaisar Hongwu dari Dinasti Ming.
Masjid Xian, Cina
Saat itu, banyak pedagang dari Arab dan Persia mendatangi Cina. Para pedagang ini berlayar melalui jalur sutera. Setibanya di wilayah Cina, mereka bermukim di beberapa kota, seperti Guangzhou, Quanzhou, Hoangzho, Yangzhou, dan Chang’an atau Xi’an. Selain berdagang, mereka juga berdakwah menyebarkan ajaran Islam kepada penduduk setempat. Masjid Raya Xi’an menjadi salah satu jejak bersejarah aktivitas dakwah mereka.
Tidak seperti kebanyakan masjid di Timur Tengah atau negara-negara Arab lainnya, Masjid Raya Xi’an memiliki konstruksi dan gaya arsitektur yang berbeda, kecuali untuk beberapa huruf Arab dan dekorasi yang terdapat pada bangunan masjid. Masjid ini tidak memiliki kubah-kubah atau menara yang bergaya tradisional.
Umat Islam tengah melaksanakan shalat di Masjid Xian, Cina.
Empat area
Masjid Raya Xi’an berdiri di area seluas 12 ribu hingga 13 ribu meter persegi. Sedangkan bangunan masjidnya mempunyai luas lebih dari 6.000 meter persegi. Areal masjid berbentuk empat persegi panjang, memanjang dari Timur ke Barat dan terbagi menjadi empat area.
Area pertama berupa gerbang kayu setinggi sembilan meter yang dibuat pada abad ke-17. Gerbang ini berhadapan dengan tembok yang sangat lebar dengan dekorasi ukiran tanah liat serta dihiasi atap dari tumpukan genting mengkilap. Pada dua sisinya, dihiasi perabot antik yang sangat berharga buatan zaman Dinasti Ming dan Qing.
Aktivitas di Masjid Huajue, Xian, Cina, Jumat (27/10).
Area kedua terdiri atas tiga pintu batu yang saling berhubungan berpilar empat. Para pengunjung umumnya dipersilakan melewati area ini. Saat memasukinya, para pengunjung akan disambut dengan sebuah tulisan pada puncak pintu pertama, ‘The Court of The Heaven’ (Taman Surga).
Pintu tersebut dikelilingi tembok batu yang berukir indah dengan dua lintasan pada dua sisinya. Batu ini merupakan peninggalan zaman Dinasti Ming. Di belakangnya, berdiri dua meja batu berukir naga. Keduanya menjadi prasasti yang menjelaskan bahwa perbaikan masjid dilakukan pada 1384 atas perintah Kaisar Hongwu di zaman Dinasti Ming.
Pada area ketiga, terdapat ruang kekaisaran yang merupakan bangunan tertua di kompleks ini. Di dalam ruang kekaisaran, terdapat batu dengan tulisan huruf Arab. Tulisan tersebut ditulis oleh salah seorang imam masjid yang isinya menjelaskan mengenai perhitungan hari berdasarkan peredaran bulan.
Di tengah-tengah halaman pada area ketiga ini, berdiri sebuah menara yang menyerupai pagoda dengan tiga susun atap berwarna biru toska yang dinamakan ‘Introspection Minaret’ atau menara introspeksi. Menara introspeksi ini merupakan tempat para muazin mengumandangkan azan.
Bagian depan Masjid Xian, Cina
Sementara itu, di sebelah selatan ruang kekaisaran terdapat ruang penerima tamu. Di dalam ruangan ini, para pengunjung bisa menyaksikan sebuah Alquran yang ditulis dengan tangan dan dibuat pada zaman Dinasti Ming. Selain Alquran kuno tersebut, pengunjung juga bisa melihat peta tanah suci Makkah yang berasal dari Dinasti Qing.
Sedangkan area keempat yang juga merupakan area terbesar adalah bangunan untuk ruang shalat. Jamaah yang dapat ditampung di area ini mencapai seribu orang. Ruang ini dilindungi tiga tingkat atap berwarna biru toska serta berhiaskan ukiran dengan pola rumput dan bunga. Keindahan tampak dari dinding ruangan yang terbuat dari kayu berpahatkan ayat-ayat Alquran, lengkap dengan huruf Cina.
Interior dalam Masjid Xian, Cina
Selain menjadi objek wisata populer di Kota Xi’an, hingga kini, Masjid Raya Xi’an masih difungsikan sebagai tempat ibadah kaum Muslim Cina, terutama mereka yang berasal dari suku Hui. Hingga saat ini, jumlah kaum Muslim Kota Xi’an dan sekitarnya mencapai 60 ribu orang.