REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Berbicara tentang pemilu Malaysia, Tun Dr Mahathir Mohamad mengungkapkan sebagian pihak masih tidak menerima kemenangannya sebagai perdana menteri ketujuh. Padahal, menurut pimpinan Pakatan Harapan itu, hasil tersebut diraih dari sistem yang demokratis melalui pemilu tanggal 9 Mei silam.
Menurut Mahathir, lawan politik hanya ingin menang. Mereka tidak mau kalah sama sekali.
"Kalau kalah, adakan demonstrasi. Serangan serta huru-hara akan berlaku usai pemilu," ujar Mahathir dalam pernyataan pers bersama Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat (29/6).
Mahathir melihat masalah yang dihadapi pemerintah Indonesia dan Malaysia tidak jauh berbeda. Hanya saja, Indonesia memiliki kawasan yang luas.
Baca juga: Mahathir Dilantik Sebagai PM Malaysia
Pemerintahan yang demokratis, menurut Mahathir, memang memiliki banyak permasalahan. Persoalan ini semakin besar bagi negara-negara yang baru menjalankan sistem tersebut.
Gebrakan Mahathir Mohamad.
Mahathir berpendapat masyarakat harus menerima hakikat persaingan saat mengamalkan demokrasi. Kemenangan dan kekalahan harus bisa diterima dengan baik. Dengan begitu, pemilihan umum yang ada setiap lima atau empat tahun sekali bisa berjalan lebih baik.
Dia pun kemudian menjelaskan sedikit mengenai kemenangannya bersama partai oposisi dalam pemilu ke-14 di Malaysia. Mahathir mengklaim bahwa dia tidak memiliki "cakap tangan", tapi entah bagaimana caranya pria berusia 92 tahun itu kemudian memenangkan pemilu dengan tanpa menimbulkan persoalan.
"Saat ini kami tengah sibuk untuk memoles ulang negara kami. Kami akan teruskan dasar-dasar, terutama dasar-dasar di luar negeri, yaitu persahabatan dengan Indonesia," ujar Mahathir.