REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Suko Widodo, menilai sejak 10 tahun terakhir partai-partai politik (parpol) mengalami penurunan citra. Sehingga, saat ini parpol-parpol mengalami kemiskinan kader.
Suko mengatakan, hal itu tergambar dari banyaknya calon kepala daerah yang unggul dalam kontestasi pilkada serentak yang bukan merupakan kader asli partai, melainkan tokok daerah dan kalangan profesional. "Dalam 10 tahun terakhir, parpol mengalami penurunan citra. Pada posisi inilah kepercayaan pada parpol menurun," kata Suko saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (29/6).
Suko mengungkapkan, menurunnya kepercayaan publik terhadap parpol, tiada lain karena banyaknya kader partai di parlemen yang melakukan korupsi. Maka dari itu, menurut dia, parpol harus segera melakukan komunikasi transparan dan persuasif kepada publik. Sehingga, citranya kembali membaik dan kaderisasi bisa kembali berjalan lancar.
"Seharusnya lakukan riset kebutuhan publik. Lakukan komunikasi transparan dan persuasif. Kembangkan partisipasi publik dalam acara mereka," ujarnya.
Suko berpendapat, masyarakat sebenarnya menyadari, sekalipun pemimpin terpilih bukan kader partai murni, tetapi akan ada pengaruh partai pada kepemimpinannya. Namun, mereka tetap memercayai pemimpin yang dipilihnya karena melihat praktik langsung pada kontestasi pilkada serentak.
"Masyarakat melihat praktik langsung. Sementara, parpol tidak cukup efektif lakukan komunikasi politik. Parpol kurang inovatif dalam membangun komunikasi politiknya dengan masyarakat," kata Suko.