Sabtu 30 Jun 2018 21:39 WIB

Pengamat: Tak Relevan Hubungkan Hasil Pilkada dan Pilpres

Pemilihan calon pemimpin lebih banyak berdasarkan ketokohan bukan partai.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Teguh Firmansyah
Pengumuman Pilkada Serentak 2018
Foto: republika
Pengumuman Pilkada Serentak 2018

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima), Ray Rangkuti menilai saat ini sudah tidak relevan menghubungkan hasil Pilkada dengan Pilpres. Pasalnya, ia melihat masyarakat lebih cenderung memilih calon pemimpin berdasarkan ketokohan daripada partai.

"Sebelum-sebelumnya memang bisa (melihat hasil pilkada dikaitkan pilpres). Karena pertama kepala daerah kita sebelumnya itu kepala daerah yang memang lahir dibesarkan oleh partai. Sekarang kalau kita cek kandidat-kandidat itu tidak demikian. Artinya calon non partai jauh lebih dominan dibandingkan calon dari parpol tertentu," kata Ray, di diskusi 'Membaca Hasil Pilkada 2018, Meneropong Peta Pilpres 2019', di Kantor PARA Syndicate, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (29/6).

Alasan lain tidak relevannya hasil Pilkada untuk mengukur hasil Pilpres, adalah karena di banyak daerah partai yang tidak berkoalisi di tingkat nasional justru berada dalam satu perahu di Pilkada. Banyak kandidat yang didukung oleh beragam partai sehingga tidak akan sama dengan Pilpres.

Baca juga, Koalisi Pilpres 2019,  Posisi Tawar Sejumlah parpol Naik.

Ia mencontohkan di Sumatera Utara. Pasangan Edy-Musa diusung oleh partai Gerindra, PKS, PAN, Golkar, Nasdem, dan Hanura. Partai-partai tersebut jelas memiliki arah politik yang berbeda pada Pilpres 2019 mendatang.  "Jadi ada balance terhadap kepala daerah itu," lanjut dia.

Berdasarkan Pilkada, hanya Jawa Tengah yang partai pengusung kepala daerah tidak terlalu berbeda dengan pengusung pada Pilpres. Oleh karena itu, ia menegaskan tidak bisa sepenuhnya melihat Pilkada sebagai cermin Pilpres.

photo
Calon gubernur dan calon wakil gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kiri) dan Taj Yasin dipanggul para pendukung merayakan keunggulan dalam hitung cepat Pilkada Jateng 2018 versi sejumlah lembaga survei di Kantor DPD PDI Perjuangan Jateng, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (27/6).

Secara terpisah, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN), Saleh Daulay menyambut gembira keberhasilan partainya memenangkan banyak calon di pemilihan kepala daerah (pilkada) 2018. Menurutnya hasil Pilkada 2018 dapat dijadikan referensi bagi para calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres).

"Pastinya hasil pilkada ini bisa dijadikan refrensi untuk capres dan cawapres. Mana partai yang memiliki jaringan yang siap bekerja dan bekerjasama dengan partai-partai lainnya," ungkap Saleh saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (29/6).

Saleh mengklaim dari hitung cepat pemilihan gubernur, dan juga pemilihan kepala daerah di kabupaten/kota mendapatkan kemenangan 58,8 persen. Artinya, kata Saleh, PAN menang di banyak provinsi dan daerah. Menurutnya, hasil ini sebagai bukti apa yang dikerjakan selama ini adalah hasil nyata bahwa jaringan partai yang ada di PAN itu sangat efektif untuk memenangkan pertarungan dalam pilkada ini.

"Mestinya ini bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi dan referensi bagi para kandidat. Jadi kita sekarang akan melakukan diskusi-diskusi dengan calon-calon tersebut untuk merumuskan kira-kira nanti kita ini apakah masuk pada salah satu poros yang ada atau kita membuat poros baru," jelas Saleh.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement