REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Pemerintah baru Italia melarang kapal penyelamat pengungsi merapat di pelabuhannya pada Jumat (29/6). Itu menjadi penolakan ketiga dalam bulan ini, beberapa jam sesudah pertemuan yang berlangsung tegang antarpemimpin Eropa mengenai penghentian arus pendatang.
Menteri Pengangkutan Danilo Toninelli menyatakan, ia menerima permintaan resmi kementerian dalam negeri, dipimpin pemimpin sayap kanan Matteo Salvini, untuk menolak kapal bantuan Spanyol Proactiva Open Arms masuk dengan alasan bahwa itu berbahaya untuk ketertiban umum.
Dalam waktu kurang dari sebulan sejak menjabat, Salvini mempelopori kebijakan pemerintah baru untuk menutup pelabuhan bagi kapal amal, yang mengambil pendatang dari kapal penyelundup penuh sesak.
Aquarius, membawa 630 pendatang, dan Lifeline, membawa sekitar 230 orang, masing-masing berakhir di Spanyol dan Malta akibat Italia menutup pelabuhannya bagi mereka pada awal bulan ini. Kapal Open Arms tidak membawa pendatang. Juru bicara Open Arms belum memberi tanggapan.
Pemimpin Eropa Bersatu pada Jumat dengan berat mencapai kesepakatan tentang pendatang, yang Salvini dan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte katakan bagus untuk Italia. Namun, perjanjian itu tidak mewajibkan negara lain Eropa Bersatu berbagi beban dalam penyelamatan di laut.
Lebih dari 650 ribu pendatang mendarat di Italia sejak 2014, sebagian besar sesudah diselamatkan di laut di lepas pantai Libya oleh kelompok swasta dan umum. Italia menampung sekitar 170 ribu orang, tapi jumlah kedatangan menurun tajam pada tahun ini.
Dari Libya, tempat utama keberangkatan, jumlah mereka turun lebih dari 80 persen. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan kematian di laut pada tahun ini hampir seribu orang.