REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Global Food Security Index (GFS) atau Peringkat Ketahanan Pangan Indonesia terus membaik. Indonesia pada 2017 berada di peringkat 69.
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian Ketut Kariyasa mengatakan, berdasarkan hasil kajian The Economist Inteligence Unit (EIU) menunjukkan, dari 113 negara yang dikaji, pada tahun 2017 Indonesia menempati posisi ke 69 dengan skor 51,3. Skor ini naik 0,2 poin dibanding pada 2016 yang menempati posisi 71 dengan skor 51,1.
Peningkatan ini seiring dengan membaiknya posisi tiga pilar yang membentuknya. "Yaitu pilar keterjangkauan (affordability), ketersediaan (availability), dan kualitas dan keamanan (quality and safety)," katanya melalui siaran pers, Ahad (1/7).
Pada aspek keterjangkuan terhadap pangan, kata dia, posisinya naik dari 70 pada 2016 menjadi 68 pada 2017 dengan peningkatan skor sebesar 0,5 poin (dari 50,3 menjadi 50,8). Pada aspek ketersediaan, posisinya naik dari 66 pada 2016 menjadi urutan 64 pada 2017 dengan kenaikan skor 0,1 poin (dari 54,3 menjadi 54,4).
"Pada aspek ini, posisi Indonesia berada di atas Thailand, Vietnam, Myamar dan Filipina. Walaupun tidak terjadi perbaikan skor, yaitu tetap 44,1; tetapi posisi aspek kualitas dan kemanan pangan Indonesia juga meningkat dari 87 pada tahun 2016 menjadi posisi 86 pada tahun 2017," ujar Ketut.
Terobosan pertanian diakuinya menjadi penyumbang prestasi tersebut. Salah satunya pengembangan pertanian modern yang mampu meningkatkan pendapatan petani. Pertanian modern juga telah mampu menekan kehilangan hasil secara nyata sehingga berkontribusi terhadap meningkatnya ketersediaan pangan.
"Terobosan dalam distribusi dan stabilisasi harga dengan memperpendek rantai pasok melalui program Toko Tani Indonesia (TTI), pun telah menyebabkan harga di tingkat konsumen menjadi lebih terjangkau," katanya.