Ahad 01 Jul 2018 12:41 WIB

Permintaan Trump Soal Minyak Berdampak Sementara pada Harga

Harga minyak diperkirakan turun dua sampai tiga dolar AS per barel jika Saudi sepakat

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolanda
Ladang minyak, ilustrasi
Ladang minyak, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengklaim pemerintan Arab Saudi menyanggupi permintaannya meningkatkan produksi minyak. Trump menyatakan dirinya menerima jaminan dari Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud bahwa Kerajaan akan meningkatkan produksi minyak hingga dua juta barel.

Dilansir di NBC News pada Ahad (1/7), permintaan Trump itu bertujuan untuk mengatasi gejolak dan disfungsi di Iran dan Venezuela. Harga minyak naik lebih tinggi karena pemerintahan Trump mendorong sekutu mengakhiri semua pembelian minyak dari Iran. Harga minyak juga meningkat akibat kerusuhan yang sedang berlangsung di Venezuela dan pertempuran di Libya atas kendali infrastruktur minyak negara itu.

Jika komentar Trump akurat, analis minyak Phil Flynn mengatakan hal itu bisa menurunkan harga minyak dua hingga tiga dolar AS per barel. Namun, penurunan harga minyak tersebut tidak akan lama karena adanya lonjakan permintaan dan musim dingin.

"Kita akan membutuhkan lebih banyak minyak di jalan dan tidak ada tempat untuk mendapatkannya. Ini membuat dunia dalam kondisi rentan," kata Flynn, analis dari Price Futures Group. 

Pemimpin Yayasan Penelitian Kebijakan Energi, Lawrence Goldstein malah lebih meragukan dampak kebijakan ini ke depan. Trump dinilai 'menenangkan' pasar. Goldstein mempertanyakan jaminan dari kata-kata Trump bahwa dia akan melakukan apa pun untuk membalikkan efek di pasar produksi minyak Iran yang menurun.

Seorang peneliti Universitas Columbia dan mantan kepala analis minyak untuk Badan Energi Internasional, Antoine Halff beranggapan tujuan Trump itu memberikan tekanan maksimum pada Iran. Pada saat bersamaan, Trump juga tak ingin mengecewakan calon pemilihnya dengan harga gas yang tinggi.

"Basis dukungan Trump mungkin adalah bagian dari pemilih AS yang akan menjadi yang paling sensitif terhadap kenaikan harga bensin AS," kata Halff.

Komentar Trump disampaikan pada Sabtu karena pasar keuangan global ditutup. Minyak mentah Brent bertahan di 79,42 dolar AS per barel, sementara harga minyak mentah utama AS berada di 74,15 dolar AS.

Baca juga, Trump Desak Saudi Tingkatkan Produksi Minyak

Arab Saudi saat ini memproduksi sekitar 10 juta barel minyak mentah per hari. Rekornya, 10,72 juta barel per hari. Tweet Trump tidak menawarkan kerangka waktu untuk tambahan dua juta barel, apakah itu berarti per hari atau per bulan.

Namun, CEO Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan kepada wartawan di India pada Senin lalu, perusahaan minyak negara memiliki kapasitas cadangan dua juta barel minyak per hari. Itu setelah Menteri Energi Saudi, Khalid al-Falih mengatakan kerajaan akan menghormati keputusan OPEC untuk mempertahankan kenaikan satu juta barel.

"Arab Saudi jelas dapat memberikan sebanyak yang dibutuhkan pasar, tetapi kami akan menghormati 1 juta barel, dan pada saat yang sama harus menghormati untuk mengalokasikan sebagian ke negara-negara yang mengirimkannya," kata al-Falih. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement