REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Pasangan Calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung terpilih versi hitung cepat Arinal Djunaidi – Chusnuniah (Nunik) berjanji akan menyejahterakan petani di Lampung setelah resmi dilantik tahun depan. Dengan program “Kartu Petani Berjaya” paslon tersebut optimistis kebutuhan petani dapat terpenuhi.
“Kami akan perbaiki lagi program ‘Kartu Petani Berjaya’ sehingga petani di Lampung sehingga kebutuhan petani seperti pupuk, benih, pestisipada, dan alat pertanian dapat terpenuhi dengan tepat waktu,” kata Arinal didampingi Nunik kepada sejumlah petani dalam halal bihalal di Bandar Lampung, Ahad (1/7).
Menurut dia, mulai sekarang petani tidak menjual lahan pertaniannya, karena khawatir Provinsi Lampung ke depan tidak ada menjadi swasembada beras lagi. Kepada petani yang telah menjual lahan pertaniannya dapat membeli lagi lahan sawahnya karena program “Kartu Petani Berjaya” akan mengakomodasinya.
Selain bersawah padi, Arinal yang juga mantan kepala Dinas Kehutanan Lampung, berharap, petani tidak hanya menandalkan areal persawahan semata, namun mengembangkan lahan perkebunan lainnya untuk menopang kesejahteraan rumah tangganya. “Jangan hanya bersawah, tapi perkebunan lain harus juga digalakkan, agar petani kaya dan sejahtera,” kata mantan Sekdaprov Lampung tersebut.
Paslon Arinal – Nunik berkomitmen setelah dilantik untuk memerhatikan nasib petani, terkait penyediaan bibit, pupuk, pestisida, dan alat pertanian lainnya. Arinal menyatakan, akan mundur jika petani Lampung tidak maju dalam kepemimpinannya lima tahun ke depan.
Marsis, perwakilan petani di Kabupaten Lampung Selatan, mengatakan, sudah menjadi masalah umum di kalangan petani setiap memasuki musim tanam di Lampung pupuk tidak ada atau datangnya telat, sedangkan mau beli pupuk tidak tersedia. “Padahal, di RDKK (rencana definitif kebutuhan kelompok) sudah dilakukan tapi pupuk tetap kosong, atau telat datangnya,” keluhnya kepada Arinal – Nunik.
Selain Marsis, Suwarda, perwakilan Gapoktan di Kabupaten Pesawaran juga mengeluhkan dengan program bibit nasional yang bukan unggul dan jelek. Selama ini, tutur dia, bibit padi yang diberikan pemerintah selain tidak unggul juga jelek kualitasnya. Sehingga merugikan petani saat memasuki musim panen.
Dadang, ketua Gapoktan Markatiga, Kabupaten Lampung Timur, juga mengeluhkan bibit padi dari pemerintah yang sangat jelek. “Selain bibit datangnya sudah telat, bibitnya pun sudah kedaluarsa,” ujarnya.
Dia mengeluhkan saat musim panen padi, harga di tingkat petani selalu anjlok, sehingga penghasilan petani tidak mendapat lebih. Untuk itu, ia berharap, kepemimpinan Arinal – Nunik memerhatikan harga di tingkat petani saat memasuki musim panen tiba.
Arinal menanggapi, hal tersebut menjadi masalah klasik yang dihadapi petani selama ini. Setelah menjabat, ia akan membicarakan keluhan petani di Lampung pada sidang kabinet mendatang, termasuk kepada kementerian yang terkait. ‘Semua keluhan petani, akan saya sampaikan di sidang kabinet dan kementrian terkait, agar ada solusinya,” ujarnya.