Ahad 01 Jul 2018 22:07 WIB

Pengamat: Pilkada 2018 Posisikan Golkar Sebagai Partai Kuat

Hasil pilkada juga membuat posisi tawar Golkar semakin menguat

Partai Golkar
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Partai Golkar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing menilai pilkada serentak pada tahun ini telah memosisikan Golkar sebagai salah satu partai kuat dalam kancah politik nasional. Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, Partai Golkar diperkirakan memenangi sembilan pemilihan kepala daerah tingkat provinsi (52,94 persen dari 17 pilgub), 22 pemilihan wali kota (56,41 persen dari 39 pilwalkot), dan 48 pemilihan bupati (41,74 dari 115 pilbup).

"Pilkada kali ini menempatkan posisi Golkar sebagai partai terkuat di kancah perpolitikan," kata Emrus Sihombing dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (30/6).

Hasil tersebut, menurut dia, membuktikan Golkar sebagai partai yang teruji dan memiliki basis massa yang jelas dalam memenangi pertarungan di 171 wilayah. "Pasangan calon yang menang di pilkada itu menjadikan Golkar bak gadis cantik. Hasil pilkada Golkar ini tentu menunjukkan 'bargaining' politiknya makin menguat," ujarnya.

Terlebih, kata dia, mayoritas kepala daerah yang menang versi hitung cepat di seluruh wilayah merupakan kader internal Golkar. Emrus menuturkan bahwa Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto telah memosisikan diri sebagai sebagai partai yang cukup jeli dalam mengikuti harapan rakyat.

"Saat ini racikan calon-calon yang diusung dalam pilkada oleh Airlangga cukup berhasil, bisa dikatakan kemenangan Golkar di pilkada kali ini adalah keberhasilan Airlangga Hartarto dan jajaran pengurus DPP Partai Golkar," ungkapnya.

Melihat komposisi kemenangan Partai Golkar di pilkada ini, Emrus menilai bukan sesuatu yang mustahil jika calon pendamping Joko Widodo berasal dari Partai Golkar. "Kalau Golkar mengusung Jokowi, ini hal yang menguntungkan bagi Jokowi karena Golkar memiliki basis kekuatan massa yang besar, terlihat pada kemenangan pilkada 2018. Bisa saja Jokowi meminang cawapresnya dari Golkar lagi," ujarnya.

Emrus menilai keunggulan Golkar dalam pilkada merupakan modal besar. Ia memperkirakan Presiden Jokowi bisa menentukan calon wakil presiden berdasarkan kesuksesan partai dalam pilkada.

Sementara itu, jika melihat peluang Airlangga mendampingi Jokowi, Emrus memandang selama ini Airlangga tampak kerap melakukan silaturahmi menyambangi partai-partai pendukung Jokowi. Hal tersebut, menurut dia, menunjukkan bahwa Airlangga secara personal mampu memposisikan diri sebagai perekat bagi partai pendukung Jokowi.

"Kalau Airlangga Hartarto menjadi perekat parpol pendukung Jokowi, beliau bisa saja akan menjadi wapres, sekalipun itu semua ditentukan Jokowi nantinya. Airlangga tentu akan menjadi titik sentral yang diterima seluruh partai pendukung Jokowi nantinya yang mengumpulkan partai pendukung," jelas dia.

Di sisi lain, kata Emrus, Airlangga juga diterima semua pihak di berbagai faksi di internal Partai Golkar. Hal ini menurutnya akan membuat Golkar makin solid dalam menghadapi pileg dan pilpres 2019.

"Artinya, Airlangga Hartarto memiliki kepemimpinan yang kuat di antara faksi-faksi di dalam tubuh Golkar," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement