REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Sebuah bom mobil menyerang patroli militer di Mali pada Ahad (1/7). Serangan ini menewaskan empat warga sipil dan melukai 31 lainnya. Termasuk empat pasukan Prancis.
Penyerangan itu terjadi dua hari setelah militan membunuh sedikitnya enam orang dalam serangan di sebuah markas militer di Mali tengah. Pasukan Prancis diketahui membantu pemerintah Mali dalam memerangi terorisme.
Situasi keamanan yang memburuk sebulan sebelum pemilihan presiden membuat mitra internasional kesulitan memulihkan perdamaian di Mali. Mali telah menjadi landasan bagi serangan oleh kelompok-kelompok yang terkait dengan Al Qaeda dan ISIS di seluruh Afrika Barat.
Foto-foto yang tersebar di media sosial menunjukkan asap hitam mengepul dari kendaraan lapis baja yang dikelilingi oleh puing-puing di jalanan. "Dari sumber rumah sakit, catatan sementara setelah serangan bunuh diri terhadap patroli Barkhane di Gao hari ini adalah empat warga sipil tewas dan 31 luka berat," kata Kementerian Keamanan Mali di Twitter.
Barkhane adalah nama dari hampir 4.000 tenaga pasukan Prancis yang ditempatkan di bekas koloninya di seluruh wilayah Sahel.
Juru bicara militer Prancis Patrik Steiger mengatakan empat tentara Barkhane Prancis terluka selama ledakan, yang terjadi dekat dengan tiga kendaraan Prancis. Kementerian Keamanan Mali sebelumnya mengatakan delapan tentara Prancis terluka.
Seorang jurubicara Kementerian Pertahanan Mali, Boubacar Diallo, mengatakan sebuah mobil melaju ke patroli tentara Barkana-Mali.
Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Namun kekerasan oleh militan telah menyebar di seluruh Sahel dalam beberapa tahun terakhir. Secara perlahan mengambil kembali kendali yang hilang ketika pasukan Prancis menyerang balik pemberontakan oleh pemberontak Tuareg dan Islamis pada 2013.