REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- BMW dan Hyundai Motor Co mendesak produsen mobil Amerika Serikat (AS) bergabung dengan General Motors Co untuk menentang kebijakan tarif impor produk otomotif. Ketiganya membawa kasus ini ke Departemen Perdagangan AS.
"Tampaknya ancaman untuk menjatuhkan sanksi ini dirancang untuk mencapai tujuan tertentu," tulis surat kabar Jerman Welt am Sonntag mengutip salinan surat BMW kepada Menteri Perdagangan Wilbur Ross.
Seperti diberitakan laman Los Angeles Times, Ahad (1/7), produsen mobil mewah yang berbasis di Muenchen ini mengatakan, investasinya hampir 9 miliar dolar AS di Spartanburg, SC, pabrik BMW yang memberi lebih dari 120 ribu pekerjaan di AS.
Sementara itu, Hyundai menyebut pemberlakuan tarif oleh AS akan menghancurkan produsen mobil yang berbasis di Seoul ini dan membahayakan rencana untuk memperluas manufaktur di AS. Bahkan, melemahnya Hyundai pada akhirnya akan merugikan upaya Trump menghentikan ambisi nuklir Korea Utara.
Penasehat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro sebelumnya menyampaikan adanya peringatan keras pada Jumat oleh GM kepada administrasi Trump. CEO GM Mary Bara menyebut penerapan tarif dapat mengecilkan operasi AS dan memangkas pekerjaan jika tarif diterapkan secara luas untuk kendaraan impor dan suku cadang mobil.
Pernyataan publik GM diikuti oleh oleh Harley-Davidson Inc., Toyota Motor Corp dan Daimler AG.