Senin 02 Jul 2018 12:28 WIB

Sukabumi Waspadai Peredaran Bawang Merah Palsu

Bawang merah palsu tersebut dijual dengan harga yang sama dengan bawang merah asli

Bawang merah (ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
Bawang merah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perdagangan dan Perindustrian (Diskop UKMPP) Kota Sukabumi, Jawa Barat mewaspadai peredaran bawang merah palsu. Diksop Kota Sukabumi menyiapkan antisipasi untuk menghadang bawang merah palsu ini masuk pasar-pasar di Sukabumi.

"Antisipasi ini setelah adanya rilis dari Kementerian Pertanian RI terkait adanya oknum perusahaan yang menjual bawang merah palsu, sehingga harus diwaspadai," kata Kepala Diskop UKMPP Kota Sukabumi Ayep Supriatna di Sukabumi, Senin (2/7).

Menurutnya, bawang merah palsu tersebut merupakan bawang Bombai yang ukurannya kecil yakni di bawah lima cm dan dijual Rp 7 ribu hingga Rp 10 ribu. Namun, informasinya ada ulah spekulan yang memanfaatkan bawang Bombai itu dengan cara memanipulasi menjadi bawang merah.

Tentu harganya akan langsung melambung karena harga bawang merah asli berkisar Rp 25 ribu hingga Rp 32 ribu per kilogram sehingga pembeli maupun pedagang harus mewaspadai peredarannya. Adapun ciri fisik dari bawang merah palsu dengan yang aslinya seperti jumlah umbinya bawang merah asli ada tiga umbi dalam setiap satuannya, tapi yang palsu hanya satu umbi.

Sedangkan perbedaan lainnya yakni dari aromanya karena aroma bawang merah asli lebih kuat dibandingkan dengan bawang merah palsu serta kandungan airnya pun tidak terlalu banyak. "Walaupun kami belum menerima laporan adanya bawang merah palsu di pasaran, tetapi masyarakat diimbau untuk teliti dalam membeli komoditas ini," tambahnya.

Ayep mengatakan masyarakat Kota Sukabumi cenderung lebih memilih untuk membeli bawang merah lokal yang ukurannya lebih kecil dari pada yang impor. Namun demikian pengawasan harus tetap dilakukan untuk antisipasi kemungkinan masuknya bawang merah palsu tersebut.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement