REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dijadwalkan kembali kunjungi Korea Utara (Korut) pada Kamis (5/7) untuk memastikan komitmen denuklirisasi Pyongyang. Saat mengumumkan rencana perjalanan Pompeo pada Senin (2/7), juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan AS masih terus membuat kemajuan dalam berkomunikasi dengan Korut.
Dia menolak untuk mengkonfirmasi atau menyangkal laporan-laporan media yang memberitakan pernyataan intelijen AS yang mengatakan Korut masih mengembangkan kemampuan persenjataannya. Laporan tersebut menimbulkan keraguan terhadap kesediaan Pyongyang untuk meninggalkan program senjata nuklirnya yang mengancam AS dan sekutunya.
Delegasi AS yang dipimpin oleh Duta Besar AS untuk Filipina Sung Kim sebelumnya telah bertemu dengan delegasi Korut di Panmunjeom pada Ahad (1/7). "Kami mengadakan pertemuan yang baik kemarin dan menlu akan ada di sana akhir pekan ini untuk melanjutkan diskusi-diskusi itu," ujar Sanders di Gedung Putih.
Sanders kemudian mengkonfirmasi pernyataan yang disampaikan penasihat keamanan nasional Gedung Putih John Bolton pada Ahad (1/7) lalu. Bolton mengatakan dia yakin sebagian besar program senjata Korut dapat dibongkar dalam kurun waktu satu tahun, jika mereka sudah memiliki keputusan strategis.
"Ada momentum besar sekarang untuk perubahan positif dan kami bergerak bersama untuk negosiasi lebih lanjut," tambah Sanders.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan Pompeo akan berangkat dari Pyongyang ke Tokyo pada Sabtu (7/7). Di Tokyo ia juga akan membahas masalah denuklirisasi Semenanjung Korea dengan para pemimpin Jepang dan Korea Selatan (Korsel).
Kunjungan itu akan menjadi kunjungan pertama Pompeo ke Korut sejak Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un melakukan pertemuan bersejarah di Singapura pada 12 Juni lalu. Dalam pertemuan itu Kim setuju untuk bekerja sama menuju denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Namun, pernyataan bersama Trump dan Kim di pertemuan itu tidak memberikan rincian tentang bagaimana atau kapan Pyongyang akan menyerahkan senjata-senjatanya. Pejabat AS telah berusaha untuk menyempurnakan rincian kesepakatan yang mengacu pada pertemuan tersebut.
"Tujuan AS tetap denuklirisasi akhir yang menyeluruh dan dapat diverifikasi, sebagaimana disetujui oleh Kim di Singapura," kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan.
Sebuah laporan NBC News pada Jumat (29/6) yang mengutip pernyataan para pejabat AS mengatakan, badan-badan intelijen AS percaya Korut telah meningkatkan produksi bahan bakar untuk membuat senjata nuklir di beberapa fasilitas rahasia dalam beberapa bulan terakhir. Korut mungkin mencoba menyembunyikannya saat sedang mencari konsesi dalam perundingan dengan AS.
The Washington Post melaporkan pada Sabtu (30/6), para pejabat intelijen AS telah menyimpulkan Korut tidak bermaksud untuk sepenuhnya menyerahkan persenjataan nuklir mereka. Korut bahkan dilaporkan sedang mempertimbangkan cara untuk menyembunyikan senjata yang dimilikinya.