REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo berharap investasi asing masuk ke Surat Berharga Negara (SBN). Investasi itu akan menambah suplai dolar sehingga kemudian mampu menstabilkan rupiah.
"Oleh karena itu dengan adanya lelang (SBN), investor asing kemudian juga mulai masuk dan itu akan melakukan stabilitas dari nilai tukar," kata Perry ditemui usai rapat di Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Selasa (3/7).
Rapat yang juga dihadiri Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso tersebut membahas isu perekonomian terkini seperti stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Mengenai nilai tukar rupiah yang masih mengalami tren pelemahan, Perry memastikan bahwa BI akan terus ada di pasar untuk melakukan langkah-langkah stabilitasi baik melalui intervensi pasar valas maupun pembelian SBN di pasar sekunder.
Ia juga menambahkan respons kenaikan suku bunga telah ditempuh untuk membuat pasar keuangan Indonesia, khususnya obligasi pemerintah, memiliki yield yang tetap menarik bagi investor asing.
"Sementara asing belum masuk cukup besar, perlu intervensi valas oleh BI. Kalau ada investor asing menjual SBN-nya, BI akan membeli SBN dari pasar sekunder tentu saja at market price," kata Perry.
BI juga akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan OJK untuk menjaga stabilitas dalam jangka pendek sekaligus juga mendorong pertumbuhan.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi susut tujuh poin menjadi Rp14.397 dari Rp14.390 per dolar AS.
Rupiah terus menyusut hingga pukul 10.30 WIB, ketika nilai tukarnya mengalami depresiasi 39 poin menjadi 14.429 per dolar AS.
Baca juga, Rupiah Tertekan, Suku Bunga Acuan Naik Hingga 50 Bps.
Pekan lalu, Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan suku bunga acuannya BI 7 Days Reverser Repo Rate sebesar 50 basis poin. Dengan kenaikan itu, kini suku bunga ditetapkan sebesar 5,25 persen dari sebelumnya 4,75 persen.
Perry Warjiyo menegaskan, langkah ini diambil demi menstabilkan nilai tukar rupiah di tengah berbagai tekanan global, terutama dari Amerika Serikat (AS). "Keputusan ini berlaku efektif mulai Jumat 29 Juni 2018," ujar Perry di gedung BI, Jakarta, Jumat, (29/6).
Tidak hanya suku bunga acuan, bank sentral juga menaikkan suku bunga deposit facility dan lending facility sebesar 50 basis poin, masing-masing menjadi 4,5 persen serta 6 persen.
Perry pun menjelaskan, keputusan kenaikan suku bunga tersebut merupakan langkah lanjutan Bank Indonesia untuk secara pre-emptive, front-loading, dan a head of the curve menjaga daya saing pasar keuangan domestik terhadap perubahan kebijakan moneter sejumlah negara. Ditambah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.