Selasa 03 Jul 2018 19:15 WIB

Mahasiswa Vietnam Digunakan Sindikat untuk Tanam Ganja

Mahasiswa Vietnam datang ke Australia untuk memelihara tanaman ganja.

Red: Nur Aini
Ladang Ganja (Ilustrasi)
Ladang Ganja (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Seorang agen migrasi di Australia mengatakan bahwa mahasiswa dan turis asal Vietnam datang ke Australia dan bisa mendapatkan penghasilan ribuan dolar dengan kerja memelihara tanaman ganja. Hal itu disebabkan karena adanya celah dalam sistem pemberian visa yang memungkinkan mereka datang.

Jack Ta mengatakan perusahaannya yang memiliki kantor di Australia dan Vietnam mengatakan dia sudah mendatangkan lebih dari 300 orang. Mereka sekarang ditangkap polisi yang melakukan penggerebekan rumah-rumah yang menanam ganjalilegal.

Penyelidikan yang dilakukan tim ABC investigation menemukan bahwa praktik penanaman ganja di Australia lebih banyak dari yang diperkirakan. Mereka bekerja dengan sindikat kejahatan terorganisir dari Vietnam menjadi dalang utama bisnis bernilai miliaran dolar tersebut.

Model sindikat itu terdiri dari tiga lapisan, dengan kepala sindikat terpisah jauh dengan mereka yang berada di tingkat paling bawah yaitu mereka yang menjaga tanaman ganja di dalam rumah. Ta mengatakan banyak anak-anak muda dari Vietnam melakukan perjalanan ke Australia untuk menjaga tanaman ganja tersebut menggunakan visa turis dan pelajar.

Praktik itu sudah berlangsung selama sepuluh tahun terakhir, kecurigaan yang juga sudah disampaikan oleh polisi. Kebanyakan penjaga rumah tanaman ganja itu yang ditangkap di Australia mengaku bahwa mereka dibujuk untuk bekerja setelah tiba di negara tersebut. Namun, menurut Jack Ta, banyak yang datang ke Australia menggunakan visa palsu untuk mendapatkan penghasilan menggiurkan.

"Banyak di antara mahasiswa ini yang datang ke Australia dengan tujuan utama uintuk bekerja di rumah penanaman ganja." kata Ta. "Mereka dibutakan dengan jumlah uang yang ditawarkan, kadang bisa 20 dolar sampai 30 ribu dolar (sekitar Rp 200 sampai 300 juta)."

"Bagi anak-anak muda, jumlah itu besar sekali."

Jack Ta mengatakan dia sudah mendesak pemerintah Australia untuk hanya menerima permintaan visa dari agen migrasi yang terdaftar namun usulan itu tidak diindahkan. Ta mengatakan karena pemerintah Australia menggantungkan diri dari kedatangan mahasiswa internasional, dengan pendapatan bisa mencapai 2 miliar dolar Australia setiap tahunnya dari biaya pendaftaran visa saja, maka tidak ada kebutuhan mendesak untuk berubah.

Karena itu memungkinkan, katanya, bagi agen migrasi di Vietnam untuk membuat permohonan visa dalam jumlah besar, dan memalsukan data keuangan, dan bahkan memalsukan identitas untuk mendapatkan visa turis atau mahasiswa.

Seorang sumber di Departemen Imigrasi Australia mengatakan kepada ABC bahwa penipuan dalam jumlah besar seperti ini mungkin tidak akan bisa dibuktikan. Hal itu karena tidak ada pengecekan yang dilakukan terhadap permohonan visa awal, setelah seseorang dideportasi.

Sumber itu menambahkan karenanya tidak pernah ada pertanyaan mengenai apakah ada pertalian pemberian visa awal dengan mereka yang kemudian terbukti melakukan tindak kriminal menjaga rumah ganja dan dideportasi. Dia juga mengatakan tidak ada database secara nasional untuk mencatat tindak kejahatan yang dilakukan mereka yang datang dengan visa sementara, sehingga tidak bisa diketahui berapa banyak warga Vietnam yang terlibat dalam kegiatan penanaman ganja ilegal tersebut.

Departemen Dalam Negeri Australia mendeportasi 380 warga Vietnam pada 2016-2017. Dua penanam ganja yang datang menggunakan visa pelajar, sebelum dipulangkan ke Hai Phong di Vietnam Utama mengatakan kepada ABC bahwa mereka ditawari pekerjaan setelah mereka tiba di Australia.

Kedua pemuda tersebut mendapatkan ribuan dolar untuk pekerjaan tersebut, sebelum kemudian tertangkap di Melbourne dan dideportasi. Sama seperti yang lainnya, mereka mengaku bersalah, untuk menghindari penyelidikan lebih rinci dari polisi mengenia sejarah kedatangan mereka.

Inspektur Gus Viera dari Kepolisian New South Wals yang menjadi komandan gugus tugas yang sudah menggerebek lebih dari 570 rumah yang menanam ganja dengan nilai sitaan lebih dari 205 juta dolar Australia sejak 2011. Hal itu membuat tidak meragukan lagi bahwa banyak yang mereka tangkap memang datang ke Australia untuk bekerja sebagai penunggu rumah ganja. "Mereka datang menggunakan visa pelajar namun bekerja sebagai penjaga rumah tanaman ganja, karena mereka tidak sekolah sama sekali." kata Viera.

"Mereka pada dasarnya hanya melakukan kegiatan itu."

Departemen Dalam Negeri Australia memperkirakan ada 2.340 warga Vietnam yang tidak sah di Australia, mereka yang visanya sudah habis masa berlakunya. Dalam pernyataan kepada ABC, juru bicara Departemen tersebut mengatakan mereka sadar dengan adanya orang-orang yang masuk ke Australia untuk melakukan tindak kriminal,tetapi mereka yang tinggal secara ilegal di sini rawan untuk jadi korban eksploatasi.

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-07-03/sindikat-gunakan-mahasiswa-untuk-tanam-ganja-di-australia/9935278
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement