REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Gunung Agung di Bali kembali mengalami erupsi pada Rabu (4/7) pukul 12:20 WITA dengan tinggi kolom abu teramati ± 2.500 m di atas puncak (± 5.642 m di atas permukaan laut).
Berdasarkan informasi dari Badan Geologi, PVMBG, Pos Pengamatan Gunung Agung, kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 24 mm dan durasi ± 1 menit 58 detik.
Saat ini Gunung Agung berada pada Status Level III (Siaga). Untuk itu direkomendasikan agar masyarakat di sekitar G. Agung dan pendaki/ pengunjung/wisatawan tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di zona perkiraan bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 km dari kawah puncak Gunung Agung.
Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual/terbaru.
Selain itu, Badan Geologi juga merekomendasikan bagi masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder.
Bahaya sekunder tersebut berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak. Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.
Sebelumnya, Gunung Agung, Bali erupsi pada Senin (2/7). Erupsi terjadi pada pukul 06.19 wita dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 2.000 meter di atas puncak atau kurang lebih 5.142 meter di atas permukaan laut. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.
"Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 18 mm dan durasi ± 3 menit 47 detik," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho saat dihubungi Republika.co.id, Senin.