REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Tim penyelamat tidak akan mengambil risiko dalam proses pembebasan 12 anak anggota tim sepak bola junior dan seorang pelatih mereka yang terjebak di gua Tham Luang yang terendam banjir di Provinsi Chiang Rai. Gubernur Chiang Rai, Narongsak Osoththanakorn, mengatakan, proses evakuasi korban tidak akan dilakukan dengan terburu-buru.
"Kami tidak akan terburu-buru mengevakuasi anak-anak itu dari gua. Yang memiliki risiko terkecil dapat meninggalkan gua pertama," ujar Osoththanakorn, Selasa (3/7).
Korban telah mendapatkan makanan dan perawatan medis setelah 10 hari terjebak di dalam gua. Tujuh penyelam, termasuk seorang dokter dan perawat, bergabung dengan korban di dalam gua saat mereka ditemukan dalam keadaan selamat pada Senin (2/7).
Tim penyelamat saat ini tengah mempertimbangkan cara terbaik membawa korban ke tempat yang aman. Hujan yang lebih deras bisa membuat permukaan air naik dan mengancam kantong udara tempat para korban berlindung.
Para pejabat Thailand mengatakan kepada wartawan, tim penyelamat telah melakukan perawatan kesehatan dan menjaga anak-anak itu agar tetap terhibur. Menurut laporan, tidak satu pun dari korban yang berada dalam kondisi serius.
"Mereka diberi makan dengan makanan yang mudah dicerna dan berenergi tinggi yang dilengkapi dengan vitamin dan mineral, di bawah pengawasan dokter," kata Laksamana Muda Apagorn Youkonggaew, kepala pasukan khusus Angkatan Laut Thailand.
Sebelumnya, militer Thailand mengatakan anak-anak lelaki itu perlu belajar menyelam atau mereka harus menunggu hingga empat bulan sampai banjir surut sebelum mereka bisa keluar dari gua. Dengan demikian, pasokan makanan harus disediakan untuk rentang waktu itu.
Bangkok Post melaporkan, Menteri Dalam Negeri Thailand Anupong Paojinda telah menekankan pentingnya proses evakuasi yang aman. Ia menambahkan, hujan diperkirakan akan turun dengan lebat dalam beberapa hari ke depan.
"Upaya-upaya yang sedang dilakukan untuk mengurangi risiko banjir gua lebih lanjut adalah dengan memompa air dari sistem bawah tanah," kata Anupong.
Saluran telepon juga telah dipasang sehingga para korban dapat berbicara dengan keluarga mereka. Pihak berwenang telah membuat permintaan untuk membangun infrastruktur di gua yang mengarah pada lokasi korban.
Upaya meminta sumbangan masker wajah scuba diving yang cukup kecil untuk bisa dikenakan anak-anak juga telah dilakukan. Masker diperlukan untuk mengurangi risiko pernapasan korban saat melewati lorong-lorong banjir.
Kompleks gua Tham Luang selalu tergenang banjir selama musim hujan yang berlangsung hingga September atau Oktober. Para ahli telah memperingatkan, jika Pemerintah Thailand mengerahkan penyelam yang tidak berpengalaman untuk melewati jalur berbahaya yang berlumpur, keselamatan korban akan sangat berisiko.
Penyelam Ben Reymenants, yang membantu misi penyelamatan, mengatakan kepada BBC, dua dokter angkatan laut Thailand secara sukarela akan tinggal bersama anak-anak itu hingga empat bulan sampai air surut. Tim lain masih menjelajahi lereng gunung dengan harapan dapat menemukan jalan lain ke dalam gua.
Baca juga: Dua Penyelam Inggris Jadi Pahlawan Korban Gua Thailand