Rabu 04 Jul 2018 16:32 WIB

BPBD: Pengungsi Gunung Agung Capai 3.406 Orang

Para pengungsi menyebar di 41 titik pengungsian.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Asap dan abu vulkanik keluar dari kawah Gunung Agung terlihat dari Desa Batuniti, Karangasem, Bali, Rabu (4/7).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Asap dan abu vulkanik keluar dari kawah Gunung Agung terlihat dari Desa Batuniti, Karangasem, Bali, Rabu (4/7).

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Pengungsi Gunung Agung sampai Rabu (4/7) sore sudah mencapai 3.406 orang. Mereka secara umum menyebar di 41 titik pengungsian, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangasem.

"Seluruh pengungsi ini secara umum menyebar di Karangasem dan Gianyar," kata Kepala BPBD Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa, Rabu (4/7).

Sebanyak 3.388 pengungsi berada di 40 titik di Karangasem. Jumlah terbanyak berkumpul di Desa Ban (854 orang), Banjar Bencingah di Desa Duda (310 orang), Banjar Pesangkan di Desa Duda Timur (175 orang, Banjar Wates Tengah di Desa Duda Timur (151 orang), dan Dusun Tengah di Desa Amerta Bhuana (124 orang). Sebanyak 18 orang pengungsi berada di Banjar Basang Ambu Penyadnyan, Desa Manukaya, Tampaksiring, Gianyar.

Kepala Seksi Tanggap Darurat Bencana dan Pelayanan Kegawatan BPBD Provinsi Bali , I Gede Agus Arjawa Tangkas sebelumnya mengimbau pengungsi untuk evakuasi ke Kawasan Rawan Bencana (KRB) II. Ini untuk mempermudah pihak berwenang melakukan penyaluran logistik, kontrol, dan pengawasan.

Siang hari ini, Rabu (4/7) sekitar pukul 12.20 WITA, Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali kembali erupsi. Gunung berapi tertinggi di Pulau Dewata itu menyemburkan awan panas setinggi 2,5 kilometer (km) dari kawah puncak.

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 24 milimeter (mm) berdurasi satu menit dan 58 detik. Saat ini gunung suci umat Hindu Bali itu masih berada pada status siaga atau level tiga.

Masyarakat sekitar gunung dan pendaki, pengunjung, wisatawan, tetap diimbau tidak berada dan beraktivitas di zona perkiraan bahaya, dalam radius empat kilometer dari kawah.

Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung juga perlu mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder, yaitu aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama di musim hujan. Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement