REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Kekerasan di Ethiopia selatan membuat lebih dari 800 ribu orang mengungsi. Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pemerintah Ethiopia pada Rabu (4/7) menyebutkan bahwa para pengungsi ini membutuhkan makanan serta bantuan lain.
Kekerasan itu meletus pada April di sekitar 400 kilometer selatan ibu kota negara tersebut, Addis Ababa, dan secara keseluruhan, lebih dari 1,2 juta orang melarikan diri, kata laporan tersebut. "Kekerasan berlanjut di sepanjang wilayah perbatasan Gedeo dan Guji Barat sejak awal Juni mengakibatkan perpindahan lebih dari 642.152 pengungsi dalam negeri di daerah Gedeo dan 176.098 lagi di wilayah Oromia, Guji Barat," kata laporan itu.
Kendati pemimpin adat mendorong pengungsi kembali ke rumah mereka setelah pertempuran awal pada April, banyak yang lari lagi pada Juni, kata laporan itu.
Ethiopia adalah negara dengan suku beragam dari 100 juta penduduknya dan ketidakpuasan suku ikut memicu unjuk rasa, yang membawa pengunduran diri Perdana Menteri Hailemariam Desalegn pada Februari.
Perdana Menteri baru Abiy Ahmed, yang menjabat pada April, menjanjikan perubahan politik dan ekonomi untuk mengatasi keluhan peminggiran oleh sejumlah kelompok suku, termasuk sukunya, Oromos.