Kamis 05 Jul 2018 01:26 WIB

Pasar Bergejolak, Makroekonomi Indonesia Dinilai masih Baik

Ekonomi Indonesia terus mengalami perbaikan.

Rep: Irwan Kelana/ Red: Agung Sasongko
Alan T Darmawa (presiden direktur Eastspring Investments Indonesia), Ari Pitojo (direktur dan Chief Investment Officer Eastspring Investments Indonesia)  dan  Rian Wisnu Murti (chief  of Product Development & Life Investment ; head of Sharia Unit, Eastspring Investments Indonesia) (dari kiri ke kanan).
Foto: Dok Eastspring Indonesia
Alan T Darmawa (presiden direktur Eastspring Investments Indonesia), Ari Pitojo (direktur dan Chief Investment Officer Eastspring Investments Indonesia) dan Rian Wisnu Murti (chief of Product Development & Life Investment ; head of Sharia Unit, Eastspring Investments Indonesia) (dari kiri ke kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama beberapa bulan belakangan ini  koreksi terjadi di pasar saham dan obligasi. Menurut Chief Investment Officer Eastspring Indonesia, Ari Pitojo, CFA, hal ini merupakan sebuah konsekuensi akibat terjadinya kenaikan suku bunga the Fed yang lebih cepat karena pemulihan ekonomi di Amerika Serikat (AS) sekaligus timbulnya ketegangan geopolitik seperti perang dagang antara AS dan China.

Naiknya suku bunga di AS yang merefleksikan kebangkitan perekonomian AS, menimbulkan risiko kembalinya dana investasi asing ke AS dan menekan nilai tukar rupiah. “Namun demikian perlu diingat bahwa kondisi makroekonomi Indonesia sendiri secara keseluruhan masih dalam kondisi yang baik,” kata Ari Pitojo saat halal bihalal di Jakarta, Rabu (4/7).

Dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (4/7), Ari menjelaskan, ekonomi Indonesia terus mengalami perbaikan. Ekonomi tumbuh sebesar 5,06 persen  di kuartal 1 tahun 2018. Pada tahun 2018, pasar memperkirakan ekonomi akan tumbuh sebanyak 5,3 persen  yang ditopang oleh sektor konsumsi dan investasi.

Ia menambahkan, Pilkada serentak,diperkirakan akan menambah kontribusi pertumbuhan ekonomi sebesar 0,2 persen ke ekonomi. Inflasi juga cenderung terkendali di kisaran batas Bank Indonesia yaitu 3-5 persen. Ditambah dengan support BI untuk menjaga stabilitas ekonomi dengan menaikkan 7DRR sebanyak total tiga kali pada bulan Mei dan Juni untuk menjaga stabilitas rupiah.