REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fira Nursya'bani
CHIANG RAI -- Wajah tirus mereka tampak berkilau saat tertimpa sinar lampu sorot. Video yang ditayangkan pada Rabu (4/7) itu menunjukkan 12 pemain sepak bola remaja Thailand dan pelatihnya dalam keadaan baik meski terjebak selama sembilan hari dalam gua yang dibanjiri air.
Laman Inquirer menyebutkan, tim sepak bola dan pelatihnya itu tampak duduk di dalam gua yang gelap bersama anggota Angkatan Laut SEAL Thailand. Remaja berusia antara 11 dan 16 tahun itu tampak berselimut penghangat, kemudian satu per satu remaja memperkenalkan diri. Tidak lupa, mereka memberikan salam khas Thailand dengan mengatupkan kedua telapak tangan di depan dada.
Seorang anak terlihat mengenakan seragam tim sepak bola nasional Inggris berwarna merah yang dikenakan tim Inggris saat melawan Kolombia dalam Piala Dunia 2018 di Rusia. Sementara, anak-anak lainnya mengenakan seragam klub Inggris Chelsea berwarna biru. Video berdu rasi satu menit itu direkam pada Selasa (3/7) lalu dan diunggah di akun Facebook milik Angkatan Laut SEAL Thailand.
Mereka ditemukan oleh SEAL dan dua penyelam asal Inggris pada Senin (2/7) malam setelah dinyatakan hilang sejak 23 Juni. Rupanya, mereka terjebak dalam gua yang gelap setelah hujan deras membanjiri gua.
Upaya pencarian mereka mendapatkan banyak apresiasi dan ucapan terima kasih dari rakyat Thailand dan dari Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha. Pihak berwenang ingin segera mengeluarkan anak-anak itu, tetapi proses yang dilalui sangat sulit.
Fokus tim penyelamat saat ini adalah memantau ketinggian air, memperkirakan hujan, dan mempertimbangkan prosedur evakuasi. Hingga akhir Selasa, sekitar 120 juta liter air telah dipompa keluar dari gua.
Tim penyelamat pun memberikan kursus berenang dan menyelam kilat kepada 12 anak laki-laki anggota tim sepak bola junior Thailand dan seorang pelatih mereka yang terjebak di Gua Tham Luang di Provinsi Chiang Rai. Latihan itu dilakukan sebagai bagian dari persiapan evakuasi mereka dari dalam gua.
Militer Thailand mengatakan, anak-anak lelaki itu perlu belajar menyelam. Jika tidak, mereka harus menunggu hingga empat bulan sampai banjir surut sebelum mereka bisa keluar dari gua.
Sebuah tim penyelam, petugas medis, konselor, dan beberapa anggota Angkatan Laut SEAL Thailand saat ini sedang bersama para korban. Sementara mereka diajari menyelam, para pakar masih mempelajari situasi untuk memungkinkan proses evakuasi.
"Aliran air sangat kuat dan ruangan yang ada cukup sempit. Mengevakuasi anak-anak ini membutuhkan bantuan banyak orang," kata Wakil Perdana Menteri Thailand, Prawit Wongsuwan kepada wartawan. "Sekarang kami sedang mengajari anak-anak untuk berenang dan menyelam," tambah dia. Jika tingkat air turun dan alirannya melemah, mereka akan dibawa keluar dari gua dengan cepat.
Foto yang dikeluarkan Tham Luang Rescue Operation Centre, tim pencari berjalan memasuki kompleks gua di mana 12 anak dan pelatih sepak bola mereka hilang selama 10 hari di Mae Sai, Provinsi Chiang Rai, Thailand, 2 Juli 2018.
Tidak terburu-buru
Gubernur Chiang Rai Narongsak Osoththanakorn mengatakan, proses evakuasi korban tidak akan dilakukan dengan terburu-buru. "Kami tidak akan terburu-buru mengevakuasi anak-anak itu dari gua. Yang memiliki risiko terkecil dapat meninggalkan gua pertama," ujar Osoththanakorn, Selasa.
"Ke-13 korban tidak harus keluar di saat yang bersamaan. Siapa yang siap pertama dapat keluar lebih dulu. Jika ada risiko, kami belum akan melakukan evakuasi," katanya lagi.
Korban telah mendapatkan makanan dan perawatan medis setelah 10 hari terjebak di dalam gua. Tujuh penyelam, termasuk seorang dokter dan perawat, bergabung dengan korban di dalam gua saat mereka ditemukan dalam keadaan selamat pada Senin.
Tim penyelamat saat ini tengah mempertimbangkan cara terbaik untuk membawa korban ke tempat yang aman. Hujan yang lebih deras dapat membuat permukaan air naik dan mengancam kantong udara tempat para korban berlindung.
Para pejabat Thailand mengatakan kepada wartawan, tim penyelamat telah melakukan perawatan kesehatan dan menjaga anak-anak itu agar tetap terhibur. Menurut laporan, tidak satu pun dari korban yang berada dalam kondisi serius.
"Mereka diberi makan dengan makanan yang mudah dicerna dan berenergi tinggi yang dilengkapi dengan vitamin dan mineral, di bawah pengawasan dokter," kata Laksamana Muda Apagorn Youkonggaew, kepala pasukan khusus Angkatan Laut Thailand.
Bangkok Post melaporkan, Menteri Dalam Negeri Thailand Anupong Paojinda telah menekankan pentingnya proses evakuasi yang aman. Ia menambahkan, hujan diperkirakan akan turun dengan lebat dalam beberapa hari ke depan. "Upaya-upaya yang sedang dilakukan untuk mengurangi risiko banjir gua lebih lanjut adalah dengan memompa air dari sistem bawah tanah," kata Anupong.
Saluran telepon juga telah dipasang sehingga para korban dapat berbicara dengan keluarga mereka. Pihak berwenang telah membuat permintaan untuk membangun infrastruktur di gua yang mengarah pada lokasi korban.
Upaya untuk meminta sumbangan masker wajah scuba diving yang cukup kecil untuk dapat dikenakan anak-anak juga telah dilakukan. Masker diperlukan untuk mengurangi risiko pernapasan korban saat melewati lorong-lorong banjir.
Kompleks Gua Tham Luang selalu tergenang banjir selama musim hujan yang berlangsung hingga September atau Oktober. Para ahli telah memperingatkan, jika Pemerintah Thailand mengerahkan penyelam yang tidak berpengalaman untuk melewati jalur berbahaya yang berlumpur, keselamatan korban akan sangat berisiko.
Penyelam Ben Reymenants, yang membantu misi penyelamatan, mengatakan kepada BBC bahwa dua dokter Angkatan Laut Thailand secara sukarela akan tinggal bersama anak-anak itu hingga empat bulan sampai air surut. Tim lain masih menjelajahi lereng gunung dengan harapan dapat menemukan jalan lain ke dalam gua. ¦ reuters ed: yeyen rostiyani