REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Perwakilan dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, M. Hamka mengatakan menumbuhkan Islam wastahiyah tidak hanya fokus kepada pendidikan agama. Menurutnya, bidang-bidang lain juga perlu untuk dimasuki nilai-nilai tersebut.
"Justru radikalisme masuk bukan dari guru-guru agama. Sehingga mereka cocoklogi saja. Tekstual saja," ujar Hamka, dalam acara FGD Penguatan Kurikulum 2013 dalam Menumbuhkan Islam Wasathiyah, di PBNU, Kamis (5/7).
Strategi jitu dinilai sangat penting guna menyebarkan nilai-nilai tersebut. Pasalnya, mereka juga menggunakan strategi agar radikalisme bisa tumbuh. Ia menegaskan, siswa tidak hanya diberikan pelajaran syariah ansich. Namun juga perlu diajarkan pelajaran lainnya.
Memasukkan nilai Islam wasathiyah ke dalam kurikulum sangat penting. Pasalnya, menyangkut dengan tidak hal yang akan dicapai dari kurikulum itu sendiri.
Tiga hal tersebut yaitu membentuk karakter yakni bagaimana siswa mampu menghadapi lingkungan yang berubah. Capaian selanjutnya adalah kompetensi yaitu bagaimana mengatasi tantangan yang kompleks.
Lalu literasi yakni bagaimana menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk menyelesaikan persoalan sehari-hari. "Kurikulum kita ada tiga (capaian) itu sebenarnya. Tujuannya kualitas karakter, kompetensi yang harus dimasukkan ke seluruh mata pelajaran," kata Hamka.
Ia menegaskan karakter moral dan kinerja harus dikembangkan. Selain itu, ia menambahkan bahwa literasi tidak sekedar siswa membaca buku. Namun bagaimana mampu mengindentifikasi dan mengkomunikasikannya.
"Saran, menyusun kebijakan umum kurikulum (tidak hanya agama tapi umum), pembelajaran, penilaian implementasi," jelasnya.