REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Aktivitas vulkanis Gunung Anak Krakatau (GAK) yang terletak di perairan Selat Sunda masih berlangsung hingga Kamis (5/7). Erupsi GAK menyamai kondisi yang terjadi pada 25 Juni lalu, sehingga statusnya masih tetap level II atau waspada.
"Tapi saat ini, pemantauan GAK tertutup kabut, sehingga tidak mengetahui ketinggian debu vulkanisnya," kata Kepala Pos Pemantaun GAK di Desa Hargo Pancuran, Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Andi Suardi, Kamis (5/7).
Menurut dia, hasil pemantauan yang tercatat frekuensi letusan GAK susulan teradi peningkatan. Hal tersebut terekam dalam alat seismograf di pos tersbut. Sedangkan kondisi GAK saat ini masih tertutup kabut, sehingga pemantauan kasat mata belum bisa dilakukan.
Ia membenarkan bahwa aktivitas vulkanis GAK saat ini menyamai yang terjadi pada erupsi Senin (25/6) lalu. Dari data yang diterima dari alat seismograf, perkiraan tinggi debu dan asap vulkanis GAK mencapai kisaran 100 hingga 500 meter.
Larangan mendekati dan mengunjungi GAK masih berlaku bagi wisatawan, nelayan, dan masyarakat umum dalam radius satu kilometer. Larangan tersebut berlaku untuk mengantisipasi dampak negatif aktivitas vulkanis yang belakangan meningkat.
Meningkatnya aktivitas vulkanis GAK beberapa hari terakhir, belum memengaruhi alur pelayaran di perairan Selat Sunda.Pelayanan kapal ferry dari Pelabuhan Bakauheni ke Merak dan sebaliknya masih berlangsung normal, karena debu atau asa vulkanis GAK mengarah ke utara bukan ke selatan.
Kepala BMKG Maritim Panjang Lampung Sugiono mengatakan, aktivitas vulkanis GAK yang belakangan terjadi belum berdampak kepada pelayaran dan penerbangan. “Sampai saat ini masih aman, karenan pergerakan debu vulkanisnya tidak mengarah ke jalur penyeberangan Bakauheni – Merak,” katanya.