Kamis 05 Jul 2018 23:52 WIB

Inflasi Kota Bandung di Atas Provinsi dan Nasional

Inflasi Bandung mencapa 2,24 persen pada kuartal II melebihi Jabar yaitu 2,1 persen

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang pedagang daging sapi menunggu Pembeli di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Senin (11/6)
Foto: Irfan Risyadien
Seorang pedagang daging sapi menunggu Pembeli di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Senin (11/6)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kota Bandung, Lusi Lesminingwati mengungkapkan, inflasi Kota Bandung meningkat. Bahkan angkanya di atas rata-rata provinsi Nawa Barat dan nasional.

“Inflasi Jabar yaitu 2,1 persen. Sedangkan nasional yaitu 1,9 persen. Tetepi Inflasi Kota Bandung lebih tinggi lagi yaitu 2,24 persen pada Kuartal II ini,” kata Lusi saat Rapat Evaluasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Bandung seperti dalam siaran persnya.

Lusi menyebutkan untuk inflasi bulanan Kota  Bandung di 0,48 persen dan untuk Jabar 0,47  persen. Sedangkan inflasi di nasional pada 0,59 persen.

Lusi memaparkan saat Ramadan lalu, tren kenaikan harga sandang dan pangan serta jasa memang menjadi hal umum. Namun menurutnya, seharusnya hal tersebut tidak terjadi. 

"Kenaikan harga saat puasa dan Idulfitri lalu seharusnya tidak terjadi karena mempengaruhi juga pada inflasi di Kota Bandung. Memang sempat turun tetapi juga ada kenaikan lagi. Ditambah kenaikan BBM yang menjadi tantangan yang harus dihadapi tim TPID," tuturnya. 

Lebih Lanjut juga di katakan oleh Lusi kinerja ekonomi makro di kuartal II ini juga sangat terpengaruh oleh menguatnya harga dolar AS terhadap rupiah. "Sebenarnya kita punya daya beli dan uang tetapi kenapa inflasi terus meningkat? Ini pekerjaan kita sebagai TPID Kota Bandung," ujarnya. 

Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan, Acuviarta Kartabi mengatakan salah satu cara untuk menekan inflasi yaitu mendorong usaha sektor domestik. Sektor ini bergerak di bisnis dengan modal rupiah untuk mendapat rupiah.

“Itu salah satu cara agar kita bisa menekan menekan inflasi,” kata Acuviarta 

Acuviarta mengungkapkan, jumlah ekspor dari Jawa barat memiliki nilai terbesar di Indonesia yaitu sebesar 17 persen. Tetapi kebanyakan berupa barang belum jadi."Fenomenanya, kita banyak meminjam dengan modal dolar tetapi berbisnis untuk menghasilkan rupiah. Itu yang terjadi di peralatan elektronik. Dibuat di sini, kemudian diberi label di luar negeri dan kembali kita beli di sini," ujarnya.

Menurutnya, pengendalian inflasi juga dapat dilakukan dengan penguatan enam sektor. Keenamnya yaitu, sumber daya manusia, infrastruktur dan logistik, konektivitas,  kelembagaan, tata niaga, teknologi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement