REPUBLIKA.CO.ID, SINGARAJA, BALI -- Pemkab Buleleng, Bali, melestarikan permainan tradisional gasing (gangsing) pada desa-desa di wilayah perbukitan yang rutin menyelenggarakan lomba itu di wilayah "Catur Desa Dalem" Tamblingan. Mereka adalah Desa Gobleg, Desa Gesing, Desa Munduk dan Desa Umejero.
"Untuk melestarikan permainan gasing tradisional di Catur Desa Dalem Tamblingan itu, kami melakukan pembinaan kepada warga dan membangun tempat-tempat bermain gasing pada catur (empat) desa itu," kata Kepala Bidang Destinasi, Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng, Ketut Suteja, di Buleleng, Bali, Sabtu (7/7).
Di sela-sela pelaksaaan "Twin Lake Festival Buyan-Tamblingan" di Desa Pancasari, Sukasada, Buleleng, Suteja menambahkan pemerintah Buleleng juga sudah membantu membuatkan stage untuk bermain gasing di Desa Munduk. Di desa itu juga dibangun satu stage terbuka agar warga desa bisa bermain gasing dengan aman.
"Kami memang terus melakukan upaya-upaya agar permainan gasing tidak punah, apalagi permainan gasing sudah menjadi daya tarik wisata, terutama wisatawan yang berkunjung ke tempat-tempat desa wisata, seperti Desa Munduk dan sekitarnya," katanya.
Selain pembinaan ke desa-desa, Dinas Pariwisata Buleeng juga secara rutin menggelar lomba permainan gasing atau juga dikenal sebagai gangsing pada sejumlah festival dan perayaan hari-hari nasional. "Pada Twin Lake Festival, permainan gasing juga dilombakan secara rutin setiap tahun," katanya.
Pada "Twin Lake Festival 2018", lomba gasing sudah diselenggarakan sebanyak empat kali secara berturut-turut. Lomba kali ini diikuti enam regu gasing dari kelompok pemain gasing Desa Gobleg, Desa Gesing, Desa Munduk, Desa Bengkel, Desa Pedawa, dan Desa Umejero, yang masing-masing kelompok terdiri dari 10 pemain.
Selain lomba gasing, Twin Lake Festival juga dimeriahkan dengan Lomba Kudapan Non-Beras yang diselenggarakan di Wantilan Danau Buyan (6/7). Lomba yang diikuti lima Kelompok Wanita Tani (KWT) dari sembilan kecamatan itu menampilkan menu baru yang berasal dari pangan non-beras.
"Lomba itu diselenggarakan untuk lebih menggalakkan diversifikasi pangan ke non beras, mengingat kebutuhan beras saat ini sangat tinggi. Dengan olahan-olahan non-beras semacam ini, diversifikasi bisa dilakukan," kata Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Gede Subudi.
Ia menjelaskan lomba ini lebih menekankan pada ciptaan baru yang menggunakan bahan menu non-beras, seperti labu dan ubi jalar. Menu yang diciptakan pun tidak hanya harus enak, melainkan menu tersebut harus sehat dan juga memiliki penampilan yang menarik.
Di sela-sela menyaksikan lomba itu, Wakil Bupati Buleleng, dr. I Nyoman Sutjidra, mengungkapkan ada beberapa variasi kudapan non-beras yang bisa dipromosikan sebagai produk dari Kabupaten Buleleng.
"Ini merupakan potensi dari KWT dan UMKM di Buleleng untuk kudapan non-beras. Ini juga merupakan upaya untuk mengonservasi ketahanan pangan di Buleleng, khususnya non-beras. Saya harapkan dinas terkait bisa mengembangkan para KWT dan juga mengonservasi ketahanan pangan kita, terutama pangan non-beras," katanya.