REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Sedikitnya 50 orang hilang dan 38 lainnya tewas akibat hujan lebat yang mengguyur Jepang. Badan Meteorologi Jepang mengingatkan warga agar waspada terhadap ancaman banjir dan tanah longsor di daerah masing-masing.
Di Motoyama, sebuah kota di Pulau Shikoku, sekitar 600 kilometer dari Tokyo, curah hujan sejak Jumat (6/7) hingga Sabtu (7/7) pagi mencapai 583 milimter. "Meskipun cuaca telah tenang antara Jepang barat dan timur, terdapat risiko hujan lebat akan terus berlanjut ketika udara hangat mengalir ke arah depan," kata Badan Meteorologi Jepang.
Korban tewas di antaranya berasal dari Hiroshima dan Takashima. Di Hiroshima seorang pria dilaporkan jatuh ke sungai dari sebuah jembatan saat hujan lebat berlangsung. Sementara di Takashima, seorang petugas bersih-bersih berusia 77 tahun terseret ke sebuah kanal ketika tengah membereskan puing-puing.
Hujan lebat juga telah menyebabkan sektor industri Jepang lumpuh. Beberapa perusahaan atau pabrik menghentikan kegiatan produksi karena hujan dan banjir mengganggu rantai pasokan serta membahayakan keselamatan pekerja.
Banjir akibat hujan deras merusak distrik Asakita di Hiroshima, Prefektur Hiroshima, bagian barat Jepang, Sabtu (7/7). (EPA-EFE/JIJI PRESS)
Mitsubishi Motors, misalnya, menghentikan operasinya di satu pabrik karena tak bisa mendapatka suku cadang. Mazda Motors pun demikian. Dua pabriknya berhenti beroperasi sehingga para pekerjanya tidak perlu bepergian dalam kondisi berbahaya.
Pada Sabtu pagi, lebih dari 1,6 juta orang telah diperintahkan meninggalkan rumahnya masing-masing. Hal tersebut guna mengantisipasi bertambahnya korban jiwa akibat banjir atau tanah longsor.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshinade Suga mengatakan, sekitar 48 ribu polisi dan petugas pemadam kebakaran telah dikerahkan ke berbagai daerah. Mereka akan berupaya merespons dan menolong warga yang membutuhkan bantuan.