REPUBLIKA.CO.ID, PYONG YANG -- Korea Utara mengungkapkan diskusi bersama perwakilan Amerika Serikat, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sangat menyesalkan. Hal ini bertentangan dengan pernyataan dari AS yang mengatakan tidak ada masalah terkait pertemuan tersebut.
Pertemuan ini merupakan lanjutan dari sebelumnya yakni antara Presiden AS Donlad Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Akan tetapi, ketika Pompeo mengatakan hal positif mengenai pertemuan mereka, Korut merasa pihaknya ditekan terkait penghentian program nuklir.
"Kami sebelumnya mengharapkan pihak AS akan menawarkan langkah konstruktif dan membangun kepercayaan dari pertemuan para pemimpin. Kami juga berpikir mengenai memberikan timbal balik," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut, dikutip Al-jazeera, Sabtu (7/7).
Namun, juru bicara tersebut menambahkan sikap AS dari pertemuan tersebut dirasakan tidak sesuai dengan harapan. Ia mengatakan AS muncul dengan permintaan sepihaknya untuk melakukan denuklirisasi
"Pembicaraan kali ini membuat kami merasa dalam situasi berbahaya dan kami mungkin mengubah keinginan kami soal denuklirisasi," lanjut juru bicara tersebut.
Baca: Pompeo Tagih Janji Korut Soal Denuklirisasi
Pernyataan ini muncul tidak lama setelah Pompeo mengatakan dirinya membuat kemajuan dari pertemuannya dengan Korut. Pompeo mengatakan kedua pihak telah setuju mengadakan diskusi pada 2 Juli 2018 mendatang. Pertemuan ini dilakukan terkait masyarakat AS yang terbunuh pada perang Korea tahun 1950-1953.
"Saya pikir kami membuat kemajuan pada diskusi tersebut. Isu-isu ini memang rumit namun kami membuat kemajuan dari sebagian besar isu utama," kata Pompeo.