REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Puluhan ribu perempuan Korea Selatan mengadakan unjuk rasa meminta pemerintah mengusut tuntas pelecehan seksual melalui kamera tersembunyi. Aksi protes yang disebut salah satu unjuk rasa terbesar yang dilakukan oleh perempuan di Korsel ini berlangsung pada Sabtu (7/7).
Merekam melalui kamera tersembunyi belakangan menjadi marak di Korsel. Laki-laki secara tersembunyi merekam perempuan dimana saja, mulai dari toilet, kamar ganti, bahkan sekolah dan kantor.
Menyebarkan pornografi adalah hal yang ilegal di Korsel. Namun video semacam itu tersebar secara luas di sejumlah situs porno dan chatroom internet. Ada juga yang digunakan untuk media mempromosikan prostitusi dan judi.
"Semua laki-laki yang merekam video seperti itu, semua yang mengunggahnya, semua yang menontonnya! Semuanya harus dihukum dengan keras," kata seorang peserta aksi, dikutip Channel News Asia, Sabtu (7/7) waktu setempat.
Penyelenggara aksi mengatakan sekitar 55 ribu perempuan ikut andil dalam aksi tersebut. Namun polisi memperkirakan sekitar 20 ribu perempuan yang hadir di lokasi.
Kebanyakan peserta aksi merupakan perempuan berusia 20-an. Usia inilah yang juga menjadi target dari pelecehan seksual berbentuk merekam menggunakan kamera tersembunyi.
"Saya dan teman-teman selalu waspada, kalau-kalau ada hal yang mencurigakan seperti lubang di pintu atau tembok setiap kali kami memasuki toilet umum," kata seorang peserta aksi berusia 22 tahun kepada AFP.
Sebenarnya praktik merekam dengan kamera tersembunyi ini telah diantisipasi dengan ponsel yang bersuara setiap kali mengambil gambar. Akan tetapi, banyak yang menggunakan aplikasi khusus sehingga menutupi suara kamera yang sedang merekam.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bahkan mengatakan perilaku tersebut sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Ia pun mendorong pihak berwajib memberikan hukuman yang berat bagi siapapun yang melakukannya.