Ahad 08 Jul 2018 19:33 WIB

Abah Nur: Santri Wajib Abdikan Diri ke Masyarakat

Kesadaran mondok atau menitipkan anak di ponpes makin diminati.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Pengajian khaul akbar Jama'ah Mujahadah Birul Walidain KH Yusuf Ainul Yaqin ke 29.
Foto: Nico Kurnia Jati.
Pengajian khaul akbar Jama'ah Mujahadah Birul Walidain KH Yusuf Ainul Yaqin ke 29.

REPUBLIKA.CO.ID,  MAGELANG -- Pondok Mujahadah Al Yusuf Dusun Mantenan, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menggelar Haul Akbar Mujahadah Birul Walidain KH Yusuf Ainul Yaqin. Pada kesempatan itu, Pengasuh Ponpes Putri Nuwul Wahid, Kabupaten Grobogan, KH Nur Wahid berpesan, agar santri-santri dapat senantiasa berguna bagi masyarakat.

"Santri yang ilmunya berkah di masyarakat dapat dilihat saat masih ada di lingkungan pondok pesantren, bila ia ta'dzim dan istiqomah taat perintah guru setelah lulus dan berada di masyarakat ilmunya dan jasanya akan selau dibutuhkan masyarakat," kata Abah Nur, Sabtu (7/7).

Kesadaran mondok atau menitipkan anak di ponpes makin diminati. Namun, kondisi santri zaman dulu dan saat ini berbeda. Pasalnya, santri-santri dulu benar-benar bertirakat di  lingkungan pondok agar penyerapan ilmunya lebih baik.

Sedangkan, saat kondisi ekonomi semakin baik, ada terpaan budaya asing seperti telepon pintar dan media hiburan yang kurang baik. Akibatnya, berdampak kurang baik pula bagi santri-santri.

Untuk itu, ia menekankan, jamaah harus bersabar menghadapi lingkungan, sekalipun ada sumber-sumber maksiat yang terlihat nyata. Harus dilakukan pendekatan persuasif, dan selalu bermujahadah seperti yang dilakukan KH Yusuf Ainul Yaqin.

"Dulu saat melakukan dakwah di satu desa kecil yang dipenuhi bandar judi di daerah Grobokan, beliau melakukan pendekatan persuasif sambil bermujahadah memohon kepada Sang Pencipta agar dijadikan desa yang barokah," ujar Abah Nur.

Hasilnya, seperti yang terlihat saat ini saat desa itu memunculkan pondok pesantren dan masjid. KH Yusuf Ainul Yaqin sendiri tutup usia pada 1992, dengan meninggalkan kesan sosok kiai kampung sederhana yang masa mudanya dihabiskan untuk berdakwah.

Pada usia senjanya, Kiai Yusuf yang telah berdakwah ke seantero Jawa, Madura, sampai Sumatra, memilih kembali ke Dusun Mantenan, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Ia lalu mendirikan pesantren sendiri.

Dari pengembaraannya, Kiai Yusuf mendapat santri-santri atau murid-murid untuk mondok di Pesantren Birrul Walidain Pondok Mujahadah Al Yusuf. Saat ini, pesantren itu diteruskan cucunya  Gus Syarif dan Gus Agung Ali Badari.

Sama seperti Abah Nur, sosok Kiai Yusuf dikenang selalu menekankan agar santri-santri dapat berguna bagi masyarakat ketika lulus. Termasuk, dalam membela bangsanya yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement