Ahad 08 Jul 2018 20:04 WIB

Napi Percobaan Pembunuhan Mantan Gubernur Sulsel Meninggal

Muhammad Basri meninggal dunia karena sakit.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Bayu Hermawan
Napi (ilustrasi)
Napi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang narapidana kasus terorisme, Muhammad Basri alias Abu Saif alias Basri, meninggal dunia saat menjalani perawatan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II A Pasir Putih, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Sebelum meninggal, Basri sempat mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Cilacap pada Sabtu (7/7).

"Benar, meninggal karena sakit," ujar Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Agus Triatmaja saat dikonfirmasi, Ahaf (8/7).

Basri diketahui mengalami sakit saat berada di Lapas. Dia juga sempat mendapatkan perawatan dokter selama tiga hari sebelum meninggal. Karena kondisi kesehatannya tak menunjukkan perubahan yang baik, petugas memutuskan membawa Basri ke RSUD Kabupaten Cilacap.

Basri divonis hukuman delapan tahun penjara pada 2016.  Ia sempat menjalani perawatan di ruang ICU. Namun kondisinya terus menurun hingga akhirnya meninggal dunia. Saat ini jenazah masih berada di RSUD Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dengan pengamanan petugas kepolisian dan lapas. Petugas masih menunggu keluarga mengambil jenazah tersebut.

Basri didakwa sebagai otak pelaku percobaan pembunuhan terhadap mantan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo pada November 2012 lalu.  Syahrul tengah mengikuti acara jalan santai di Kota Makassar. Tiba-tiba dua orang teroris melemparkan bom rakitan tetapi tidak meledak. Dua pelaku diduga melakukan aksinya setelah berdiskusi dengan Basri. Basri juga disebut sebagai simpatisan kelompok radikal ISIS.

Dia juga didakwa telah memberangkatkan anak dan keponakannya ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Basri juga diketahui pernah bergabung dan mengikuti pelatihan militer di Afghanistan pada 1998 silam. Dia akhirnya dinyatakan bersalah dan divonis delapan tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada Februari 2016.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement