REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri RI menyatakan pada Selasa bahwa belum ada laporan mengenai WNI yang menjadi korban bencana banjir dan tanah longsor di Jepang bagian barat. Hingga kemarin sudah setidaknya 130 korban meninggal akibat bencana tersebut.
"Sejauh ini belum ada laporan WNI menjadi korban. Nanti kita update," Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal melalui pesan singkat di Jakarta, Selasa (10/7).
Reuters melaporkan pada Senin bahwa lebih sedikitnya 130 orang dilaporkan meninggal dan puluhan hilang setelah hujan lebat melanda dan mengakibatkan banjir dan tanah longsor di bagian Barat Jepang pekan lalu. Sekitar 11.200 rumah terputus dari pasokan listrik. Ratusan ribu rumah lainnya tak memiliki akses ke air bersih.
Walaupun hujan lebat telah mereda pada Senin, pemerintah setempat memperingatkan bahwa hujan dan badai bisa saja datang secara tiba-tiba. Bahaya tanah longsor di daerah pegunungan terjal juga masih mengintai.
Perdana Menteri Shinzo Abe membatalkan kunjungannya ke luar negeri untuk mengurusi bencana banjir Jepang terburuk setelah 1982 tersebut yang memaksa jutaan orang untuk mengungsi dari tempat tinggalnya. Pemerintah setempat belum bisa menghitung dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh bencana banjir dan tanah longsor tersebut.
Sementara itu, industri setempat juga terdampak oleh bencana banjir dan tanah longsor tersebut seperti Mazda Motor Corp yang terpaksa menutup kantor pusatnya di Hiroshima. Beberapa perusahaan lainnya menunda operasi pabrik mereka.
Kementerian Luar Negeri melalui perwakilannya di Jepang terus memantau perkembangan bencana banjir dan tanah longsor tersebut.