REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) mengatakan, sikap moderasi Islam atau Islam yang moderat (wasatiyah) merupakan pegangannya sejak lama. Bagi dia, arus utama pemikiran Islam itu adalah Islam moderat karena itu masa depan keutuhan bangsa.
"Ya memang karena selama ini kita suka atau gampang sekali berkubu-kubuan, jadi banyak asosiasi-asosiasi, tapi sebenarnya saya selalu berdiri di tengah berupaya untuk terus di tengah dan pada akhirnya saya harus menyuarakan secara lebih lugas termasuk dalam pernyataan saya yang terakhir," ujar TGB usai silaturahim dengan Ketua Umum PBNU Pusat KH Said Aqil Siroj di Kantor PBNU Pusat, Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Selasa (10/7).
TGB melanjutkan, benang merah posisi dia selama ini, yaitu ahlus sunnah wal jamaah dan manhajul wasatiyah yang di dalamnya terdapat tawazun, islah, dan muwatonah yang diajarkan para guru di NU. Muwatonah adalah konsep kebangsaan di mana berbagi tanah air dengan hak dan kewajiban yang diatur konstitusi dan itu bagian dari komitmen yang harus ditunaikan dengan baik. TGB juga menjelaskan alasannya melarang penggunaan ayat-ayat perang dalam kontestasi politik karena bisa menimbulkan kesalahpahaman pada kalangan umat.
Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi bersama Gubernur Pilgub NTB terpilih Zulkieflimansyah bersilaturahmi dengan Ketua Umum PBNU Pusat KH Said Aqil Siroj yang didampingi Sekjen PBNU KH Helmi Faisal dan Ketua PBNU KH Marshudi Suhud serta KH Robikin Emhas di Kantor PBNU Pusat, Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Selasa (10/7).
"Ya tidak boleh namanya ayat-ayat perang. Bahayanya, kontestasi politik adalah kontestasi perang yang membinasakan, kan yang namanya perang itu membunuh atau dibunuh," kata dia.
Menurut TGB, kontestasi politik adalah siklus lima tahunan demokrasi yang biasa terjadi dengan saling adu gagasan dan berlomba-lomba dalam kebaikan. "Jadi memang itu (ayat-ayat perang) tidak boleh dipakai dan saya khawatir kalau dipakai jadi itu perilaku menyelewengkan ayat dari makna sebenarnya, wallahu alam," ujar TGB.