REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Bulog Sub Divre Subang, mengklaim penyerapan beras petani terganjal sejumlah kendala. Salah satunya, sebagian petani di wilayah tersebut menanam padi ketan. Sedangkan ketan, tidak masuk kategori penyerapan sebagaimana yang diinstruksikan pemerintah.
Kepala Bulog Sub Divre Subang, Dandy Arianto, mengatakan, sebenarnya penyerapan beras berjalan normal. Dari Januari hingga saat ini, beras petani yang sudah terserap mencapai 5.000 ton. Adapun target pusat untuk Bulog Subang, penyerapannya mencapai 42 ribu ton.
"Pada tri semester pertama, kita kesulitan menyerap beras karena harga pasaran sangat tinggi. Kini, agak terkendala dengan varietas yang ditanam petani," ujar Dandy, kepada Republika.co.id, Rabu (11/7).
Saat ini, penyerapan sedang tinggi, akan tetapi sebagian petani di Subang justru menanam padi ketan. Dengan alasan, harga ketan jauh lebih mahal ketimbang beras. Karena kondisi ini, pihaknya kesulitan memaksimalkan penyerapan.
Meski demikian, lanjut Dandy, target 42 ribu ton optimis terealiasi sampai akhir tahun mendatang. Mengingat, pihaknya siap bersaing dengan siapapun dalam menyerap beras. Apalagi, Bulog sudah menyediakan dana sesuai dengan kebutuhan untuk penyerapan beras."Kita optimistis, karena kita bisa menyerap beras secara cash and carry. Ini keuntungan kita," ujarnya.
Baca juga, Pedagang: Beras Saset Belum Masuk ke Pasar Tradisional.
Menurut Dandy, saat ini harga beras ketan sedang tinggi. Harganya lebih dari Rp 10 ribu per kilogram. Sedangkan harga beras medium di tingkat petani kisaran Rp 8.700 sampai Rp 9.000 per kilogram. Adapun harga pembelian yang diterapkan Bulog untuk membeli beras, mencapai Rp 8.030 per kilogram.
Karena harganya tinggi, maka sebagian petani memilih tanam beras ketan ketimbang beras biasa. Sedangkan Bulog, hingga saat ini belum masuk mekanisme. Untuk itu, bila musim panen tiba, pihaknya akan mengebut penyerapan beras petani sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sementara itu, Rohyan Rouf (37 tahun) petani asal Desa Rancaudik, Kecamatan Tambak Dahan, mengatakan, kalau saat ini petani di wilayahnya lagi senang menanam ketan. Pasalnya, permintaan akan ketan sedang tinggi. Mengingat, sampai musim haji mendatang, banyak warga yang menggelar hajatan. "Jadi, kami menanam ketan untuk memenuhi kebutuhan untuk hajatan. Sebab, ketan ini bisa diolah menjadi berbagai macam penganan. Seperti, rengginang, opak ataupun dodol," ujarnya.
Karena itu, lanjut Rouf, dari tiga hektare lahan sawahnya, satu hektarenya khusus ditanami padi ketan. Ketan yang ditanamnya juga ada dua jenis. Yakni, ketan putih dan ketan hitam.