Rabu 11 Jul 2018 16:01 WIB

Langkah Lincah Demokrat Menjalin Koalisi Pilpres

Kerja sama antarparpol terkait pilpres 2019 masih cair

Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Mas Alamil Huda, Fauziyah Mursyid, Muhammad Nursyamsi

JAKARTA -- Kian dekat dengan masa pendaftaran calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), masing-masing parpol masih cair dalam menentukan kubu. Saling kunjung antartokoh politik juga kian gencar.

Yang terkini, pada Selasa (10/7) kemarin. Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto membahas pemilihan presiden 2019 dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di kediaman SBY di Mega Kuningan, Jakarta.

Selepas pertemuan, SBY mengungkapkan, partainya masih terus mematangkan arah dukungan dalam pilpres 2019 mendatang. SBY menyebut Demokrat hingga saat ini masih terbuka antara mendukung poros Joko Widodo, Prabowo Subianto, maupun poros ketiga.

Ia pun berharap keputusan terkait hal tersebut dapat dilakukan dengan segera. "Politik saat ini masih sangat cair dan sangat dinamis. Mungkin yang menjadi pembicaraan sehari-hari, Demokrat mengusung siapa? Pak Jokowi atau Pak Prabowo atau yang lainnya? Tiga-tiganya mungkin dan sekarang sedang kita matangkan," ujar SBY di kediamannya.

Menurut SBY, dalam pertemuan rapat Majelis Tinggi Partai Demokrat kemarin, pihaknya membahas opsi yang ada terkait dukungan di pilpres 2019 hingga mekanisme dukungan kepada capres maupun cawapres tertentu. Begitu pun hari ini, pihaknya juga menjaring suara dari kader Partai Demokrat hingga tingkat daerah.

Lebih lanjut, presiden keenam RI itu menyebutkan, tentu ada prinsip-prinsip dasar yang dipilih Partai Demokrat terkait dukungan di pilpres. "Kami sudah memikirkan beberapa opsi, kami sudah membahas saat ini sehingga segenting apa pun, sekisruh apa pun nanti pada 9 atau 10 Agustus, insya Allah Demokrat akan bisa menetapkan pilihannya yang kami pandang paling tepat," ujar SBY.

Sementara, Airlangga Hartarto mengiyakan kunjungannya kemarin untuk membahas situasi perpolitikan terkini. "Kami komunikasi saja. Komunikasi mengenai keadaan politik. Ini kan kerja sama antarpartai selalu terbuka komunikasi," ujar Airlangga seusai melakukan pertemuan tertutup dengan SBY.

Menurut dia, kerja sama antarparpol terkait pilpres 2019 masih cair. "Golkar dengan pimpinan partai cair semua. Ini kan kita mengomunikasikan," kata Airlangga.

Airlangga tiba di kediaman SBY sekitar pukul 17.00 WIB didampingi politikus senior Golkar MS Hidayat. MS Hidayat adalah mantan menteri di pemerintahan SBY.

Pertemuan antara Airlangga dan SBY berlangsung sekitar satu jam. Menteri Perindustrian itu bertolak dari rumah SBY selepas Magrib dengan diantarkan SBY beserta keluarga dan Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan hingga teras rumah.

Hinca Panjaitan mengatakan, perbincangan antara Airlangga dan SBY dilakukan dalam situasi santai sambil minum teh. Namun, ia tak menyangkal, perbincangan itu memang sempat membahas mengenai pilpres serta pilkada. "Kebanyakan ngomongi pilpres, tapi semua masih lepas. Semua tahu ini tinggal 30 hari. Komunikasi lancar saja," kata Hinca.

Hinca mengatakan, Ketua Umum Demokrat juga akan bertemu dengan pimpinan partai lain, termasuk juga akan bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. "Ketemu Pak Prabowo masih mencari waktu karena katanya beliau lagi ke luar negeri," ujar Hinca.

Demokrat disebut-sebut menawarkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres ke beberapa parpol seperti PKS dan Gerindra. Sempat mencuat usulan mendampingkan AHY sebagai cawapres Prabowo. Bahkan jauh sebelumnya para kader Demokrat sempat mendengung-dengungkan AHY untuk berpasangan dengan Jusuf Kalla.

Sejak terpilih sebagai ketua umum Golkar tahun lalu, Airlangga telah menyatakan dukungan partainya untuk Jokowi pada pilpres 2019. Dukungan itu disebut tanpa syarat tentang sosok yang harus dipilih Jokowi sebagai pendamping dalam kontestasi.

Meski begitu, sebagian kader dan pengurus Golkar menyatakan tetap menginginkan Airlangga dipilih Jokowi sebagai cawapres. Hal tersebut bahkan dinilai sebagai syarat menjaga keutuhan parpol koalisi pendukung Jokowi.

photo
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan memberikan keterangan pers seusai mengikuti pertemuan Majelis Tinggi partai Demokrat di Kediaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (9/7).

Dukungan Jokowi

Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) menemui Ketua Umum PBNU Pusat KH Said Aqil Siroj di kantor PBNU Pusat pada Selasa (10/7). Kunjungan itu dilakukan di tengah sorotan atas keputusannya menyatakan secara terbuka dukungan bagi Jokowi untuk melanjutkan kepemimpinan selama dua periode.

Menurut dia, silaturahim ini membahas beragam persoalan terkait situasi dan kondisi terkini bangsa pasca-pilkada serentak 2018 dan menjelang Pemilu 2019. TGB juga mengucapkan terima kasih atas dukungan NU selama ini kepada dia kala menjabat gubernur NTB selama dua periode sejak 2008 sampai 2018.

Selepas pertemuan itu, TGB juga mengatakan. sikap moderasi Islam atau Islam yang moderat (wasathiyah) merupakan pegangannya sejak lama. Bagi dia, arus utama pemikiran Islam adalah Islam moderat karena itu masa depan keutuhan bangsa.

"Ya, memang karena selama ini kita suka atau gampang sekali berkubu-kubuan, jadi banyak asosiasi-asosiasi, tapi sebenarnya saya selalu berdiri di tengah berupaya untuk terus di tengah dan pada akhirnya saya harus menyuarakan secara lebih lugas, termasuk dalam pernyataan saya yang terakhir," ujar TGB di kantor PB NU Pusat, Jakarta, Selasa (10/7).

TGB juga menjelaskan alasannya melarang penggunaan ayat-ayat perang dalam kontes politik karena dapat menimbulkan kesalahpahaman di kalangan umat. Menurut TGB, persaingan politik sekadar siklus lima tahunan demokrasi yang biasa terjadi dengan saling adu gagasan dan berlomba-lomba dalam kebaikan.

"Jadi, memang itu (ayat-ayat perang) tidak boleh dipakai dan saya khawatir kalau dipakai jadi itu perilaku menyelewengkan ayat dari makna sebenarnya. Wallahualam," ungkap TGB.

Sebagai seorang kader Partai Demokrat, TGB disebut-sebut masuk radar sebagai kandidat calon pendamping Jokowi pada pilpres 2019. Ketokohannya sempat mengemuka beberapa waktu belakangan meski sebagian berbalik arah saat TGB menyatakan mendukung Jokowi.

Sementara, PBNU merupakan salah satu faktor penentu kemenangan Jokowi pada pilpres 2014 lalu. Saat ini, sebanyak enam menteri di kabinet, menurut Jokowi, merupakan Nahdliyin.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan juga mengungkapkan, telah bertemu TGB) pada Senin (9/7) malam. Dalam pertemuan itu, Luhut mengklaim TGB mengeluhkan kekecewaan sejumlah pihak terkait dukungannya kepada Jokowi di Pilpres 2019.

"Dia orang baik, dia juga bilang 'yang salah Bang, apa? Kan saya hanya mendudukkan supaya kita jangan, bangsa ini jadi berkelahi'," kata Luhut di Jakarta, Selasa (10/7).  antara ed: fitriyan zamzami

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement