REPUBLIKA.CO.ID, TURIN -- Serikat pekerja Fiat Chrysler Melfi berencana mogok kerja setelah perusahaan mereka menghabiskan uang sebesar 100 juta euro untuk Cristiano Ronaldo. Menurut serikat pekerja itu, seharusnya Fiat berinvestasi kepada produk baru yang dapat menjamin nasib ribuan pekerja mereka daripada memperkaya satu orang pemain sepakbola.
"Tidak bisa diterima, ketika Fiat dan pekerja CNHI terus melakukan pengorbanan finansial, sementara perusahaan menghabiskan ratus juta euro untuk membeli pemain," kata juru bicara Serikat Pekerja Italia, (USB) Lavoro Privato, seperti dilansir dari Telesur, Kamis (12/7).
Pemilik Fiat, keluarga Agnelli memegang sebagian besar saham Juventus. Salah satu keluarga terkaya dan paling berpengaruh di Italia tersebut memiliki 60 persen saham Juventus selama 90 tahun terakhir. Mereka juga pemilik mayoritas saham Fiat dan Ferrari sebesar 30 persen.
Pada Selasa, (10/7) lalu Juventus mengumumkan secara resmi telah membeli megabintang Real Madrid Cristiano Ronaldo. Privato mengatakan baik Juventus maupun Fiat memiliki pemilik yang sama. Tapi, perlakuan pemilik kepada dua perusahaan tersebut jauh berbeda.
"Pemilik seharusnya berinvestasi pada model mobil yang dapat menjamin masa depan ribuan orang dibandingkan memperkaya satu orang," kata Privato.
Ribuan karyawan pabrik Fiat sedang diberhentikan sementara karena tidak adanya model mobil baru yang sedang dikembangkan perusahaan otomotif terkemuka tersebut. Pendapatan karyawan yang diberhentikan sementara itu pun diberikan oleh pemerintah.
Fiat berjanji sedang membangun strategi investasi baru pada 2022. Hal itu akan membuat para karyawannya dapat kembali berkerja pada akhir 2022. Serikat pekerja menulis surat kepada Fiat, mereka diminta menggunakan bantuan sosial pemerintah sambil menunggu pengembangan model baru.
Serikat pekerja tidak bisa terima mereka dan keluarga mereka harus terus berhemat menggunakan uang bantuan pemerintah. Sementara perusahaan menggunakan ratusan juta euro hanya untuk satu orang.
"Apakah itu sesuatu yang benar? Apakah normal satu orang mendapatkan jutaan euro sementara ribuan keluarga bahkan kesulitan untuk bisa bertahan di pertengahan bulan?" kata Serikat Pekerja Italia dalam surat mereka tersebut.