Jumat 13 Jul 2018 05:50 WIB

Bos Freeport Bangga dengan Pencapaian Lebih dari 50 Tahun

Freeport yakin perpanjangan operasi ini bisa memberikan manfaat ke Indonesia.

Red: Teguh Firmansyah
Penandatanganan Divestasi Saham Freeport. Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin (kedua kanan) bersama CEO Freeport-McMoran Inc Richard Adkerson (kedua kiri) menandatangni perjanjian divestasi saham PT Freeport Indonesia disaksikan Menkeu Srri Mulyani (kiri) serta Menteri BUMN Rini Soemarno di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (12/7).
Foto: Republika/ Wihdan
Penandatanganan Divestasi Saham Freeport. Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin (kedua kanan) bersama CEO Freeport-McMoran Inc Richard Adkerson (kedua kiri) menandatangni perjanjian divestasi saham PT Freeport Indonesia disaksikan Menkeu Srri Mulyani (kiri) serta Menteri BUMN Rini Soemarno di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (12/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Executive Officer Freeport-McMoRan Inc Richard Adkerson menyambut baik kesepakatan yang tercapai dengan Pemerintah Indonesia untuk menjamin keberlangsungan operasi pertambangan PT Freeport Indonesia (PTFI) di Papua. Ia berharap berjalannya Freeport akan bermanfaat bagi rakyat Indonesia. 

"Kami bangga dengan apa yang telah kami capai dalam lebih dari 50 tahun sejarah kami dan sangat menantikan masa depan selanjutnya," kata Adkerson dalam acara penandatanganan Pokok-Pokok Perjanjian (Head of Agreement/HoA) antara Freeport-McMoRan Inc (FCX) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) di Jakarta, Kamis (13/7).

Dengan adanya perjanjian ini, maka Inalum dan Freeport-McMoRan, sebagai pemegang saham, telah sepakat untuk melanjutkan program jangka panjang yang sedang dan akan dijalankan PTFI.

Adkerson memastikan perpanjangan operasi yang dilakukan, melalui perubahan kontrak karya menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK) operasi produksi dengan jangka maksimal selama 2x10 tahun atau 2041 tersebut bisa memberikan manfaat langsung kepada pemerintah pusat dan daerah, serta deviden ke Inalum hingga melebihi 60 miliar dolar AS.