REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Para ulama dan pengasuh pondok pesantren (ponpes) di Jawa Tengah diimbau mewarnai media sosial (medsos) dengan konten- konten dakwah wasatiyah (moderat). Hal ini menjadi satu dari lima rekomendasi yang disepakati ulama dalam forum Halaqah Ulama Kelima Jawa Tengah, yang dilaksanakan di kampus Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang dan berakhir Kamis (12/7).
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah, KH Ahmad Darodji mengatakan, Halaqah Ulama Kelima se-Jawa Tengah telah menyepakati dan merumuskan lima butir rekomendasi untuk menjawab tantangan dakwah di era milenial.
“Kelima rekomendasi tersebut menjadi penting dalam rangka menjembatani kepentingan dakwah di tengah-tengah dinamika generasi milenial dan pesatnya perkembangan teknologi digital,” ujarnya, Jumat (13/7).
Ia menjelaskan, ulama merekomendasikan kepada masyarakat untuk belajar agama kepada ulama dan pengasuh pesantren agar tidak terjebak pada pemahaman agama yang sempit. Rekomendasi kedua, para ulama mengajak masyarakat Jawa Tengah menolak segala bentuk fitnah, ujaran kebencian, berita hoaks dan provokasi terhadap sesama warga Indonesia.
Ketiga, ulama mengimbau masyarakat bersikap kritis terhadap segala paham dan gerakan yang bertentangan dengan Empat Pilar Bangsa, yang meliputi Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Bhineka Tunggal Ika serta Undang Undang Dasar 1945. Adapun rekomendasi keempat, mendorong ulama dan pengasuh pesantren di Jawa Tengah mewarnai media sosial dengan konten dakwah wasatiyah (moderat) melalui jejaring media sosial.
“Terakhir, para ulama merekomendasikan agar perguruan tinggi, khususnya Unissul berperan aktif menjembatani terwujudnya dakwah Islam wastiyah melalui media sosial berbasis digital,” jelasnya.
Terkait dengan rekomendasi Halaqah Ulama Kelima Jawa Tengah ini, Unissula mengaku siap memfasilitasi para ulama memanfaatkan teknologi IT dalam berdakwah. Ketua Panitia Halaqah Ulama Kelima Jawa Tengah dari Fakultas Agama Islam (FAI) Unissula, Agus Irfan mengungkapkan, dakwah wasatiyah harus banyak mewarnai dunia digital.
Sebaliknya, kalangan ulama wasatiyah juga harus didorong melek IT untuk mendukung dakwah di era milenial ini. Sehingga para ulama ini tidak hanya mengajarkan pandangan Islam moderat itu di kalangan santrinya saja.
Namun juga bisa mengajarkan ke luar, dalam tataran dan lingkup masyarakat milenial yang lebih luas. “Kami siap memberikan pendampingan kepada kalangan ulama yang memiliki pandangan wasatiyah untuk memanfaatkan teknologi digital dalam berdakwah,” katanya.