Sabtu 14 Jul 2018 05:09 WIB

Menyajikan Dakwah kepada Generasi Milenial

Kecepatan dalam mengakses informasi merupakan kebutuhan di era milenial.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Ani Nursalikah
Dakwah digital (ilustrasi).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Dakwah digital (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cara dakwah milenial kini sedang dikembangkan oleh berbagai organisasi keagamaan dan masyarakat. Mereka menyesuaikan perkembangan di masyarakat yang berubah akibat majunya dunia digital. Kecepatan dalam mengakses informasi merupakan kebutuhan yang tak dapat dihindari di era milenial.

Karena itu, materi dakwah banyak yang disebarluaskan melalui saluran TV, Youtube dan media lainnya. Seperti yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama (NU) salah satunya mendirikan 164 Channel.

Direktur 164 Channel, Ay Fahmi mengatakan channel yang didirikan pada 2016 ini fokus terhadap konten dakwah dalam bentuk videografis dari pengajian kiai pesantren. Pengajian mereka distreaming agar bisa disajikan kepada masyarakat luas.

Menurut Fahmi, 164 Channel masih fokus menyebarkan konten dakwah melalui Facebook dan Youtube. Sedangkan di Instagram hanya pengumuman tentang jadwal kajian-kajian dan aktivitas yang berkaitan dengan NU.

“Intinya kita menyampaikan pemikiran-pemikiran NU melalui video,” ujar Fahmi kepada Republika.co.id, Rabu (11/7).

Fahmi mengungkapkan, 164 Channel mempunyai vis menyebarkan pemikiran Islam Nusantara yan digagas oleh NU. Seperti menyajikan aktivitas keseharian santri di pesantren seperti yang saat ini sedang digarap yaitu Pesantren Mambaus Sholihi Suci, di Gresik, Jawa Timur.

Aktivitas di pesantren tersebut akan menggambarkan budaya lokal. Pesan yang disampaikan melalui video tersebut untuk menjelaskan bahwa Islam Nusantara bukan aliran baru. Penyampaian dakwah melalui konten seperti ini sangat efektif dan mudah tersampaikan kepada masyarakat.

Ia menuturkan, sejauh ini respons terhadap 164 Channel cukup baik. Namun diakui membutuhkan waktu panjang agar banyak warga NU yang bisa menikmati teknologi untuk mendapatkan informasi dan dakwah. Sebab, di NU cukup terlambat menyadari tentang manfaat teknologi untuk kepentingan dakwah.

“Tapi secara umum ini sudah sangat efektif. Bahkan ke depan kita akan membuat jaringan videografi di internal NU sehingga kalau ada pengajian-pengajian berita-berita di daerah bisa segera disiarkan,” kata Fahmi.

Fahmi juga mengatakan 164 Channel tidak hanya dinikmati oleh kalangan NU saja, pun masyarakat di luar NU. Hal tersebut terlihat dari komenter-komentar negatif pada setiap konten yang ditayangkan.

“Persoalan tanggapan positif negatif itu persoalan lain. Itu artinya sudah sampai ke masyarakat,” Fahmi menambahkan.

Fahmi menyampaikan tujuan didirikan 164 Channel tersebut yaitu menganggap bahwa dakwah dengan memanfaatkan teknologi sangat efektif. Channel ini diharapkan mengubah masyarakat agar memanfaatkan teknologi kepada hal yang positif.

Ia berharap dengan 164 Channel, orang-orang NU yang memilik ilmu tinggi bersedia untuk diambil gambarnya agar ilmunya tersebera kepada masyarakat luas. Pasalnya, sampai saat ini sifat dari orang-orang NU masih banyak yang pemalu apabila ingin diambil gambarnya untuk dipublish.

“Tapi tetap kita upayakan agar pada dai di NU mau kita ambil gambar supaya ilmunya tersebar. Konten yang kita sajikan bermanfaat bagi masyarakat. Utamanya warga NU biar paham. Ini yang kita gagas,” kata Fahmi.

Akhyar TV pun tak jauh berbeda dengan 164 Channel yaitu menyajikan konten-konten dakwah terbaik dari ustaz Adi Hidayat kepada masyarakat. Melalui konten yang ditampil akhyar TV ingin mengajak umat Islam kembali kepada alquran dan sunnah tapi dengan ilmu yang benar.

Hal tersebut disampaikan pendiri Akhyar TV, Heru Sukari kepada Republika.co.id, Rabu (11/7). Setiap konten yang disajikan, lanjut Heru, Ustaz Adi Hidayat selalu mengajak umat Islam tidak mempersoalkan perbedaan yang sepele seperti perbedaan pembacaan qunut dalam shalat subuh.

“Jangan sampai polarisasi terjadi hanya karena pemahaman sempit itu,” ujarnya.

Heru mengungkapkan didirikannya Akhyar TV untuk mengurangi orang menyaksikan tayangan dakwah melalui Youtube. Sebab, terkadang ketika mereka menonton di youtube terdapat gambar pornografi.

Lalu Akhyar TV juga membuat akun Youtube resmi. Itu dibuat untuk melawan orang yang sering mengambil ceramah Ustaz Adi Hidayat lalu memotong-memotong video tersebut sehingga pesan yang ingin disampaikan tidak utuh.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement