Sabtu 14 Jul 2018 07:07 WIB

Rosida, Wanita di Balik Kesuksesan Lalu Zohri

Lalu Zohri awalnya lebih suka menekuni olah raga sepak bola.

Sprinter Indonesia, Lalu Muhammad Zohri
Foto: Google/Galamedia
Sprinter Indonesia, Lalu Muhammad Zohri

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Lalu Muhammad Zohri, pemuda belia asal Lombok Utara, menorehkan prestasi luar biasa di Kejuaraan Dunia Atletik U-20 pada Rabu (11/7). Di kejuaraan yang digelar di Finlandia tersebut, Lalu Zohri berhasil meraih medali emas nomor lari 100 meter dengan membukukan catatan waktu 10,18 detik.

Hidup dalam kondisi serba kekurangan dan minim fasilitas latihan tak menjadi penghalang bagi pemuda yatim piatu itu untuk mengukir prestasi. Selama ini Zohri, siswa SMP Negeri 1 Pemenang, hidup dalam kondisi serba kekurangan bersama kakaknya di sebuah gubug berdinding gedeg yang sebagian bolong termakan usia.

Awalnya Zohri tak pernah berminat menjadi atlet lari, apalagi bermimpi menjadi pelari tercepat dunia. Ketika duduk di bangku kelas 7 di SMP 1 Pemenang, Zohri dikenal sebagai siswa penggila sepak bola. Oleh guru dan teman-teman sebayanya, ia dinilai sebagi pemain sepak bola yang cukup handal.

Motivasi Sang Guru

Rosida, guru olah raganya, menuturkan bahwa Zohri merupakan siswa yang sangat menggemari mata pelajaran olah raga, khususnya sepak bola. Sehingga ketika diminta untuk bermain bola, dia sangat gembira dan bersemangat.

Menurut guru jebolan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP Mataram ini, awalnya Zohri tak pernah tertarik untuk menekuni cabang olah raga atletik, khususnya lari. Sebagai guru olah raga, Rosida melihat potensi besar yang dimiliki Zohri, khususnya di cabang olah raga atletik, terutama ketika melihat teknik lari yang baik dan postur tubuhnya yang atletis.

Perempuan asal Kabupaten Sumbawa ini kemudian mencoba membimbing dan mengarahkan Zohri agar bersedia berlatih untuk menjadi pelari berprestasi. Namun, Zohri yang diharapkan untuk lebih tekun berlatih dan mengasah bakatnya untuk lari itu terlihat tidak berminat. Padahal, sejak masih duduk di bangku SD, dia sudah menunjukkan prestasi di berbagai lomba lari.

Rosida mengaku hampir putus asa karena berbagai upaya yang dilakukan untuk membimbing Zohri agar bersedia menekuni cabang olah raga atletik, tidak berhasil. Karena, satu-satunya olah raga yang disenanginya hanyalah bermain bola.

Zohri kerap mengikuti pertandingan sepak bola di sekolah hingga di kejuaraan tingkat kecamatan. Bahkan, ia merupakan salah satu pemain andalan di sekolah maupun kecamatan.

Wanita guru olah raga bertangan dinigin ini pun pantang menyerah. Rosida membujuk Zohri terus menerus agar bersedia lebih giat berlatih lari. Upaya yang dilakukannya mulai Zohri di kelas 7 hingga kelas 8 SMP itu belum juga berhasil.

Berbuah Manis

Perjuangan panjang dan tak kenal lelah akhirnya membuahkan hasil. Rosida berhasil membujuk Zohri untuk latihan lari lebih tekun. Sprinter asal Lombok Utara ini mulai giat berlatih dan mulai menunjukkan prestasi.

Rosida mengakui fasilitas latihan untuk cabang olah raga, termasuk atletik di sekolah mereka relatif terbatas. Namun, berbagai keterbatasan itu tidak mengurangi ikhtiarnya untuk terus membina dan membimbing Zohri untuk menjadi pelari berprestasi.

Ia meyakini bakat alam dan kedisiplinan Zohri dalam berlatih menjadi faktor utama bagi pemuda itu untuk meraih berbagai prestasi, pada ajang yang lebih tinggi nasional dan internasional. Kecintaan Zohri pada olahraga lari rupanya mulai tumbuh.

Rosida menuturkan salah satu kisahnya melatih Zohri. Suatu ketika ia berjanji untuk melatih Zohri. Namun karena saat itu hujan lebat, dia datang terlambat. ''Setelah dicari-cari, ternyata Zohri sedang latihan lari di pinggir pantai di tengah guyuran hujan lebat,'' kenang Rosida.

Keberhasilan Rosida membimbing Zohri untuk menekuni dunia lari agaknya tak terlepas dari sikapnya. Selain memposisikan sebagai guru, Rosida juga menempatkan diri sebagai ibu, kakak dan teman dari Zohri.

Rosida mengaku senang, bahagia dan bangga atas keberhasilan Zohri menorehkan prestasi membanggakan di tingkat internasional dan kini dielu-elukan sebagai pelari tercepat. Zohri pun sekarang disiapkan untuk membela tim merah putih di ajang Asian Games.

Rosida mengaku optimistis bahwa Zohri akan kembali mengukir prestasi dengan memboyong medali emas di ajang Asian Games 2018 Jakarta dan Palembang. Rosida mengakui pada awal mulai berlatih, Zohri kerap lari bertelajang kaki karena saat itu ia belum memiki sepatu. Namun, hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk terus berlatih.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement