REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Wittenoom merupakan sebuah kota mati di wilayah Barat Australia yang berdiri di atas area tambang asbes. Kota mati itu telah ditutup sejak 1970 karena kondisi lingkungannya dapat membahayakan jiwa.
Kota mati yang dulunya merupakan area pertambangan itu sudah secara resmi diklasifikasikan sebagai situs yang terkontaminasi. Ribuan warga dan pengunjung di Wittenoom tewas karena paparan asbes.
Karena itu, pemerintah Australia menyebut Wittenoom sebagai tragedi kesehatan dan keamanan kependudukan terbesar di Australia. Tragedi itu bahkan bisa disandingkan dengan malapetaka Chernobyl dan Bhopal.
Saat ini, keberadaan kelompok pencari ketegangan dan turis yang memiliki rasa penasaran tinggi membawa kecemasan tersendiri bagi pemerintah setempat. Pemerintah setempat khawatir jika mereka menyelinap masuk ke kota mati Wittenoom.
Pemerintah setempat telah mengeluarkan peringatan yang melarang semua orang untuk mengunjungi Wittenoom. Namun, beberapa unggahan video maupun tulisan online dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa beberapa turis tidak mengindahkan peringatan keselamatan tersebut.
Salah satu di antara turis tersebut adalah Ashley White, wisatawan lokal dari Barat Australia. White mengaku sudah mengetahui bahaya asbes di Wittenoom, ia pun telah membaca sendiri peringatan yang dipasang oleh pemerintah setempat. Akan tetapi semua itu tak membuat White berhenti untuk menyelinap masuk ke Wittenoom.
"Dari apa yang saya bisa temui, serat-serat di udaralah yang menyebabkan masalah. Tidak ada angin ketika saya pergi sehingga saya mendapat kesan bahwa kunjungan singkat tak akan merugikan," ujar White seperti dilansir BBC.
Melihat 'keberanian' wisatawan, pemerintah kembali menegaskan larangan untuk mengunjungi Wittenoom. Pihak berwenang menegaskan bahwa serat asbes beracun ada di seluruh sudut Wittenoom dan sekitarnya, termasuk sebuah situs jurang yang populer.
"Kami sangat merekomendasikan orang-orang untuk tidak mengunjungi Wittenoom," kata chief executive dari Shire of Ashburton lokal, Rob Paull.
Setelah area pertambangan ditutup pada 1966, sebagian besar warga direlokasi dari Wittenoom. Pada 2016, Wittenoom kehilangan statusnya sebagai kota dan dihilangkan dari peta resmi.
Paparan asbes di Wittenoom dapat memicu beragam penyakit berbahaya, termasuk kanker langka mesothelioma, asbestosis, dan kanker paru. Dampak dari paparan asbes di Wittenoom biasanya tidak menimbulkan gejala dalam jangka pendek. Gejala-gejala baru mulai nampak beberapa puluh tahun setelah pertama kali terpapar asbes di Wittenoom.